Ajaibnya, Ibas tidak hanya santun kepada orangtua. Ia juga tampak takzim kepada abangnya. Kita hampir tidak pernah mendengar cekcok antara Ibas dan AHY. Mungkin mereka pernah baku diam alias tidak saling berbicara, mungkin, tetapi tidak terdengar hingga ke luar rumah.
Begitulah EBY menampilkan dirinya. Tidak heran pula jikalau ia gemar berjenaka buat mengambil simpati rakyat. Pantun jalan ninjanya. Bukan hal baru, Ibas memang rajin berpantun. Semasa SBY terangkat menjadi Ketum Partai Demokrat, Ibas juga main pantun.
Pada Rabu (13/5/2015) lalu, ia menyambut kehadiran sang ayah di partai biru. "Hembusan ombak memecah batu, alam berkarya ciptakan mutu. Kader Demokrat tetap bersatu, bersama SBY tokoh pemersatu,"Â ucap EBY di Twitter.
Dua hari lalu ia menutup saran dan kritiknya kepada penyelenggara negara dengan memajang satu pantun. "Ada siang ada malam, ayo kita selamatkan demokrasi,"Â kata EBY mengakhiri cuitan.
Lupakan fakta bahwa pantun itu tidak berkaitan, lupakan. Memang sama sekali "Jaka Sembung pukul gerbang, tidak nyambung abang", tetapi biarkan saja. Lupakan juga soal sampiran dan tetek bengek pantun lainnya. Apresiasi saja dengan dua jempol. Lo, daripada nanti Ibas ngadat.
Jangan ingat, ngeri kalau Ibas sudah ngambek. Bisa-bisa ia menyapa kita semua dengan sapaan songong: Wahai Rakyatku ... [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H