Putus asa boleh, asal jangan langsung potong kompas. Kekerasan, sehebat apa pun, tidak bisa menyelesaikan persoalan. Salah-salah menimbulkan masalah baru. Teladan hendaknya lahir dari kalangan pemimpin. Giliran remaja tanggung tawuran, kalian mencak-mencak.
Ah, sudahlah. Ni'matullah dan Iti tidak salah. Mereka hanya memenuhi seruan Kumendan SBY. Jadi yang salah adalah SBY? O, tidak. SBY tidak salah. Ia hanya ingin menjaga martabat keluarga dan partai. Gara-gara Moeldoko menerima pinangan menjadi Ketum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang.
Jadi yang salah adalah MDK? O, tidak. Moeldoko tidak salah. Ia hanya membela diri akibat terus-terusan disentil oleh AHY. Berarti AHY yang salah? Bukan begitu. AHY tidak salah. Ia hanya berusaha mempertahankan kursi yang tengah didudukinya.
Baiklah, saya yang salah. Baku tikai dalam politik merupakan hal biasa. Kenapa pula saya sibuk memikirkan hal begitu. Mending memikirkan risiko dapur. Tunggu, saya juga tidak salah. Pembacalah yang salah, ya, pembaca. Kenapa pula kalian baca tulisan receh ini?! [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H