Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Karena Kecewa, Aku Tidak Mau Menulis Lagi

14 Februari 2021   21:46 Diperbarui: 14 Februari 2021   21:59 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MAAFKAN AKU, Sahabat. Akhirnya aku harus pamit. Harus aku akui, hari ini aku menyadari bahwa selama 24 tahun aku melakukan hal yang sia-sia. Apa? Menulis. Puluhan tahun waktuku terbuang, puluhan tahun pikiranku terkuras, hari ini aku kecewa sekali.

Jadi, anggaplah tulisan ini sebagai diriku sendiri yang datang ke hadapanmu, berdiri di depanmu, lalu memohon maaf karena selama ini telah menyita waktumu, karena berkali-kali mengundang kamu untuk mampir membaca tulisanku, padahal semua itu tiada guna. Maafkan aku.

Hari ini, Sahabat, aku baru menyadari bahwa menulis tidak menghasilkan apa-apa. Baik bagiku selaku penulis maupun bagi kamu selaku pembaca tulisanku. Tahukah kamu bagaimana rasanya hanyut dalam deras arus kecewa? Perih, Sahabat, pedih. Perih dan pedih.

Lewat tulisan, aku sering sok bijak mengajak Anda kembali ke hati, berkenalan dengan nurani, menyapa diri sendiri. Apa itu diri? Siapa diri ini? Apa yang ada di dalam diri ini? Apakah diri ini cuma susunan tulang, formasi daging, dan jejaring kulit belaka? Apakah diri ini ada hanya untuk bertahan hidup? Apakah hidup yang sementara ini? Maafkan aku, Sahabat.

Lewat tulisan, aku sering sok tahu mengajak Anda untuk kembali mempelajari bahasa Indonesia, menata kata dengan baik, menyisir makna frasa, menyigi cara menyusun paragraf, dan macam-macam perkara kebahasaan yang tidak ada gunanya bagi kamu. Maafkan aku, Sahabat.

***

Dari huruf ke huruf, dari kata ke kata, tiada apa-apa selain kata tanpa bunyi (Ilustrasi: thebalancecareers.com)
Dari huruf ke huruf, dari kata ke kata, tiada apa-apa selain kata tanpa bunyi (Ilustrasi: thebalancecareers.com)

HARI INI aku kecewa sekali. Seharian ini aku bertanya kepada diri sendiri, dari pagi hingga petang, lalu aku sadar bahwa selama ini aku sudah merepotkan kamu.

Coba bayangkan. Teman kita Budi Susilo, misalnya, setiap hari bergulat dengan hitung-hitungan RAB, lalu aku cekoki kaidah tanda baca. Ibu Nazar, misalnya, setiap hari sibuk mengurusi anak didik dan dapur, tiba-tiba aku datang menceramahi beliau dengan rupa-rupa teori ejaan.

Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan mereka. Tidak ada faedahnya bagi mereka. Aku sudah menyita waktu mereka, kadang pikiran mereka, hanya untuk mengulas hal-hal receh seperti kata yang salah kaprah, komposisi kalimat yang amburadul, atau konstruksi wacana yang sambalewa.

Bayangkan lagi. Kak Abdul, misalnya, yang tengah berkobar-kobar gairahnya untuk menulis, lalu kubawakan ke hadapannya macam-macam teori semantik, linguistik, dan stilistik. David Abdullah, misalnya lagi, yang sedang asyik-asyiknya rebahan sambil memulung ide kudatangi dengan setumpuk paham tentang genre, komposisi, dan gaya tulisan. Nirfaedah, kan?

Oleh karena itu, Sahabat, izinkan aku pamit. Izinkan aku berhenti menulis. Izinkan aku untuk tidak lagi muncul di hadapanmu dengan ceramah-ceramah receh tentang kebahasaan. Omong kosong semua itu. Tiada guna. Tunaguna.

***

Merancang tulisan, menggambar harapan (Ilustrasi: tehbalancecareers.com)
Merancang tulisan, menggambar harapan (Ilustrasi: tehbalancecareers.com)

JANGAN SEDIH, Sahabat. Rayakanlah kepergianku. Dengan begitu, kamu tidak perlu lagi merasa cemas karena telah salah ejaan, melanggar kaidah, menabrak komposisi, atau mempermainkan wacana. Menulislah dengan bahagia. Aku tidak akan datang menceramahimu lagi.

Sahabatku, Diari, tetaplah setia menampung keluh kesah. Percayalah, sesengak dan sesongong apa pun aku, Diari, aku menyayangimu dengan caraku sendiri. Selamat tinggal. Inilah tulisan terakhir dariku

malam ini. Besok pagi kita bersua lagi. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun