Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Valentine Bukan Budaya Kita

14 Februari 2021   17:08 Diperbarui: 14 Februari 2021   17:48 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi hati, berbagi kasih, berbagi cinta (Ilustrasi: shutterstock via Kompas.com)

***

HARI INI ditengarai banyak orang sebagai hari untuk menyampaikan dan menyatakan perasaan kasih dan sayang. Maaf, saya ulangi lagi. Bukan karena saya ingin mempertegas kesepahaman kita akan Valentine, bukan. Hal itu saya lakukan sebab saya tidak punya konsep gagasan yang jelas untuk tulisan ini. Hihihi!

Namun, jangan kecewa. Barangkali di dasar hati Anda berkata "anjir, sudah sejauh ini belum ada apa-apa yang bisa ogut petik". Tenang, Brader, ini artikel. Bukan buah mangga yang tidak jauh dari jangkauan tangan. Bukan bunga di tepi jalan yang mudah diraih sekehendak hati.

Kamu makin ngelindur, Daeng. Oh, begitu? Maafkan saya. Hati saya berkembang-kembang (varian 'berbung-bunga'). Kalau sedang begini, otak dan hati saya kompak melantur ke mana-mana. O, ternyata sudah 500 kata (bayangkan saya terbelalak). 

Baiklah, saya ringkas saja bagian ini. Media sosial tengah disesaki tagar yang viral. Valentine bukan budaya kita. Sebagai kaum tuwir yang selalu merasa sok muda, saya juga ingin turut serta meramaikan hal nyeleneh dari tagar itu.

Valentine bukan budaya kita, budaya kita adalah kepo tanpa batas. Jangan masam-mesem, Brader, saya serius. Kok bisa, ya, kepo dianggap budaya? Bisa, sih. Salah satu arti budaya adalah 'sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah'. Poinnya, kebiasaan yang sukar diubah.

Nah, kepo itu sukar diubah. Parahnya, kepo acapkali diikuti dengan penghakiman tanpa alasan atau tanpa pengetahuan memadai atas akar masalah. Begitu teman melakukan kesalahan, kita sibuk kasak-kusuk menggali informasi. Setelah dapat, kita dengan enteng mengatakan "ih, amit-amit, bisa-bisanya dia begitu!".

Valentine bukan budaya kita, budaya kita ialah senang mengkritik dan mudah tersinggung. Saya serius. Banyak orang di antara kita, termasuk Anda dan saya (bukan "selain Anda dan saya"), yang enteng menyampaikan kesalahan orang, tetapi baperan jika kesalahan kita diungkap oleh orang lain. Kalau Anda tidak merasa begitu, ya, tidak apa-apa, cukup saya saja yang merasa.

Soal senang mengkritik (boleh dibaca: mengejek, menghina, mengolok-olok), silakan lihat sendiri fenomena termutakhir. Soal mudah tersinggung (boleh dibaca: emosian, baperan), silakan lihat sendiri kondisi terkini. Lagi berjalan kaki setelah hujan deras, motor melindas genangan air, kita misuh-misuh. Lagi macet, motor lewat menyenggol spion, kita marah-marah. Kalau Anda tidak merasa begitu, ya, tidak apa-apa, saya juga tidak merasa.

Valentine bukan budaya kita, budaya kita ialah setiap marah atau kesal selalu enteng membawa-bawa hewan dan setan. Anak menjatuhkan ponsel mahal, anjing kita sebut-sebut. Pacar diam-diam kentut dan baunya sangat busuk, bangsat kita seret-seret. Cinta bertepuk sebelah tangan, setan kita bawa-bawa. Apa coba salah hewan dan setan?

Alah, Daeng pintar ngeles, situ juga kalau misuh-misuh di artikel sering bawa-bawa nama makanan. Oh, benar sekali. Saya memang begitu orangnya. Orang lain berhak mengiklankan makanan dari luar, merasa heboh kalau mencicip makanan Eropa, saya boleh dong meniagakan tahu gejrot, bakwan gosong, atau surabi tutung. Hehehe. Sesederhana itu. Sama saja, Rengginang Garing! Duh, ngegas melulu.

***

SAYA CUMA ingin menunjukkan bahwa banyak kebiasaan yang, entah sengaja atau tidak, patut kita tinggalkan dan tanggalkan. Kalau nirfaedah (boleh dibaca: unfaedah), tinggalkan. Jika nirguna (boleh dibaca: unguna), tanggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun