Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pilih Mana: Peternak Perempuan atau Perempuan Peternak?

13 Februari 2021   15:15 Diperbarui: 13 Februari 2021   17:42 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan peternak yang telaten mengurus ternaknya (Foto: davisenterprise.com)

Selagi kepala sibuk berputar-putar, nada notifikasi pesan kembali terdengar. Lekas-lekas saya baca. Satu pertanyaan lagi menghambur ke sepasang mata saya. Frasa polisi wanita benar? Benar, jawab saya, asal sesuai konteks maknanya.

Supaya teman saya tidak digergaji oleh rasa penasaran, saya ulas secara terperinci. 

Jika makna yang kita inginkan adalah ‘wanita yang bekerja atau bertugas sebagai polisi’, frasa yang tepat ialah wanita polisi atau wanpol. Bagaimana dengan polisi wanita? Itu juga tepat. Namun, maknanya berbeda. Polisi wanita berarti 'polisi yang mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan wanita'. Dengan demikian, polisi wanita tidak harus wanita. Bisa saja pria polisi mengurusi kewanitaan.

Saya tambahkan informasi sebagai pengaya wawasan. Kepolisian berbeda dengan TNI. Dalam TNI, istilah yang digunakan adalah Wanita Angkatan Darat. Kesatuannya disebut Kowad atau Korps Wanita Angkatan Darat. Begitu pula dengan TNI AL (Korps Wanita Angkatan Laut) dan TNI AU (Korps Wanita Angkatan Udara).

Tidak lama kemudian, pesan baru muncul di layar gawai. Terima kasih, Daeng. Mendadak otak iseng saya ingin beraksi. Saya segera mengirim satu pertanyaan. Jadi pilih apa, Mas? Peternak perempuan? Pedagang perempuan?

Pada bagian atas layar perpesanan Whatsapp tertera keterangan “menulis”. Sejurus kemudian, hilang. Lalu muncul lagi, kemudian hilang lagi. Mendadak saya merasa gagal menjelaskan makna frasa. Mestinya saya uraikan dulu pengertian tentang hukum Diterangkan-Menerangkan (DM).

Tatkala saya sedang menimbang-nimbang untuk mengirim pesan baru berisi uraian tentang hukum DM, sebuah pesan panjang dengan huruf kapital terpampang di layar gawai.

KALO ELU MAU BETERNAK ATAU BERDAGANG PEREMPUAN, DAENG, ITU URUSAN ELU. TAPI, PLIS YA, JANGAN AJAK LAKI GUE. OTAK BEJATNYA SUDAH GUE AMPUTASI. JANGAN PANCING BIAR HIDUP LAGI, DAENG. NGERTI KAGAK?!

Sebenarnya tanda seru yang digunakan oleh istri teman saya ada 12, tetapi saya pasang satu saja. Bukankah dalam mencintai dan dicintai, satu saja cukup?

Salam takzim, Khrisna Pabichara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun