Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Tepuk Dada, Jokowi Tepok Jidat

10 Februari 2021   18:45 Diperbarui: 10 Februari 2021   21:00 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan mendapat ucapan selamat dari Presiden Jokowi (Foto: Antara/Wahtu Putro A)

Bukan Anies Baswedan namanya kalau tidak jago memanfaatkan situasi. Gubernur DKI Jakarta itu tahu benar kapan durian runtuh, bilamana ia mesti mendekat, kemudian diam-diam membawa kabur durian runtuh itu. Salah satu keahlian mantan pembantu Jokowi itu adalah "memanfaatkan situasi".

Tidak percaya? Saya tidak sedang menghajar Anies. Maaf, saya belum segalak itu. Malahan saya takjub pada kecerdasan beliau dalam mengamati, mempelajari, dan memanfaatkan keadaan. O, Anies Baswedan tiada duanya dalam urusan begituan.

Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) sudah berlalu, tetapi gelegarnya masih terasa. Selasa, 9 Februari 2021, seorang bintang berhasil mencolong perhatian. Siapa lagi aktornya kalau bukan Anies. Gubernur DKI Jakarta itu mampu memaksa kamera terbidik ke arahnya. Ia berhasil menggerakkan pena pewarta agar mengguritkan namanya.

Lawan politik dan para penentang Anies boleh sewot, mangkel sambil menggebuk meja juga sah. Namun, jauhkan kalimat "Anies tebal muka pamer prestasi di Istana Negara" dari kepala. Kenapa? Itu justru menunjukkan ketakjuban saat menyaksikan manuver komunikasi politik Anies.

Bayangannya seperti ini. 

Dalam puncak peringatan HPN kemarin, Anies seperti bocah culun yang dipaksa masuk ke kandang macan. Ia mesti berpidato di Istana Negara. Ia disuruh mengorek duka lama, sebab ia pernah rutin berada di sana semasa menjabat menteri. Lawan politik dan para penentang tentu berharap Anies kikuk, salah tingkah, dan gegar kata saat berpidato.

Ternyata tidak. Anies malah menjelma sebagai balerina yang menari indah di atas permukaan lantai yang penuh serpihan kaca. Dalam nada suara yang terjaga, dalam susunan kalimat yang tertata, dalam pancaran mimik tidak berdosa, ia pamerkan prestasinya mengatasi kemacetan.

Itu pertama. Lalu, kedua. 

Anies seperti domba muda yang digiring ke tengah kawanan serigala. Jangan marah, ya, ini tamsil belaka. Bukan berarti "yang di sini domba" dan "yang di sana serigala". Bukan. Maksud saya begini. Kita semua tahu bahwa Anies acapkali bertentangan dengan para menteri (baca: pembantu Pak Jokowi). Kemarin, ia terpaksa masuk istana dan berada di tengah-tengah menteri yang selama ini kerap membantah atau menyanggah kebijakannya.

Lawan politik dan para penentang tentu berharap Anies salah adat, salah sikap, dan salah kata saat berbicara. Ternyata tidak. Anies malah seperti matador yang mahir merentangbentangkan kain merah untuk menaklukkan si banteng. Boro-boro salah kata, Anies malah menepuk dada dengan sorot mata yang seakan-akan berkata "ini gue, ape lo!". Merasa belum cukup, Anies malah berkata, "Ape lo, ape lo!"

Itu kedua. Sekarang, ketiga. 

Anies seperti kancil lemah yang disuruh menyeberangi sungai yang dipenuhi buaya. Jangan marah, ya, itu ibarat saja. Bukan berarti "yang ini kancil" dan "yang itu buaya". Maksud saya begini. Anies sering sekali terlihat seperti tidak dilirik oleh mantan majikan (baca: Presiden Jokowi). Kemarin, ia mesti berdiri di depan Pak Jokowi dan disaksikan oleh seluruh insan pers yang ada di sana.

Lawan politik dan para penyinyir tentu berharap Anies mati gaya, kelu lidah, dan grogi manakala giliran berpidato. Ternyata tidak. Anies malah menjelma singa terluka yang dengan kalem memanfaatkan lawan yang sedang lengah. Tanpa menghitung berapa wartawan yang hadir, ia sudah paham apa yang akan dan harus ia lakukan untuk menyedot perhatian.

Jauhkanlah pikiran bahwa "Anies bermuka badak, disuruh kasih sambutan malah tepuk dada", sebab kenyataan membuktikan bahwa ia cekatan dalam hal memanfaatkan celah sempit sebagai potensi promosi prestasi. Silakan diam-diam berdecak dan mengagumi Anies.

Itu ketiga. Ini, keempat. 

Sebenarnya Anies tidak hanya melontarkan pukulan jab kepada seluruh pihak yang mengira ia salah kamar saat berpidato. Bukan hanya itu. Sesungguhnya Anies juga tengah menempelak kuli tinta yang selama ini rajin benar mengorek borok doi. Nah, kemarin ia secara tersirat mengajak wartawan untuk mengumandangkan prestasi. Masak borok melulu?!

Maka dari itu, jauhkanlah olok-olok "Anies yang tidak bisa menempatkan diri" dari kepala. Tidak begitu. Anies tengah membuktikan khasiat pepatah yang berbunyi "bertemu ruas dengan buku". Ia tahu betul di depannya ada wartawan, ada presiden, ada menteri, ada warga Indonesia. Itulah ruas. Ia paham bahwa ia butuh iklan gratis, promosi tanpa merogoh saku. Itulah buku. Klop!

Bagaimana dengan Pak Jokowi? Seperti biasa, beliau kalem saja. O, tidak. Jangan membayangkan Pak Jokowi mangkel. Sungguh, Pak Jokowi tidak begitu. Beliau bukan tipe orang yang "diam-diam makan di dalam". Beliau itu seperti timnas Jerman, diam dan lihat. Setelah mesin panas, baru bereaksi dan beraksi. Giliran panas, Anies sudah selesai. Tepok jidat, deh!

Lalu Pak Anies mendekat sambil bertanya, "Ada sepeda, Pak?" 

Salam takzim, Khrisna Pabichara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun