Akan tetapi, menyamaratakan semua lelaki takmampu mengubah watak jelas kurang tepat. Yang dulu bandel bisa menjadi baik (lalu bandel lagi?). Hahaha. Kasihan Basofi Sudirman (yang tahu, ketahuan usianya), nanti beliau sedih lirik lagunya kita tampik.
Dahsyatnya, warganet bisa belajar dengan lancar dan mudah hanya dalam satu contoh kasus. Saat dituntut dosen menyerahkan makalah, selalu saja mangkir. Itu baru makalah. Giliran bikin skripsi, pelajaran Bahasa Indonesia lupa semua. Tak heran jika coretan dospem tampak di sana sini.
Makin heran, kan? Hahaha.
***
SAYA bersyukur melihat betapa cekatan warganet dalam mempelajari sesuatu. Padahal kalau kita pikir-pikir, proses dan cara mempelajari sesuatu dari Rachel tidak berlangsung lama. Hanya saat publik tahu bahwa Rachel mengajukan gugatan cerai kepada suaminya.
Proses dan cara mempelajari sesuatu, dalam bahasa Indonesia, disebut pemelajaran. Berbeda erti dengan pembelajaran. Pihak yang menjalani pemelajaran adalah murid, sedangkan pihak yang menjalankan pembelajaran adalah guru. Sederhananya begitu.
Apakah model pemelajaran yang dijalani oleh warganet? Boleh jadi pemelajaran semerta, yakni kesadaran yang muncul tiba-tiba tatkala berhadapan dengan masalah. Jika itu diterapkan dalam kehidupan berbangsa, kelar semua masalah negara.
Mungkin juga pemelajaran observasional, yakni proses belajar dan mempelajari cukup dengan mengamati dari dekat atau jauh. Satu hal yang pasti, tampaknya bukan pemelajaran inkremetal, sebab proses belajar tidak dilakukan dengan langkah-langkah yang terencana, tersusun, dan teratur.
Andai warganet bisa mengalihkan pola mempelajari Rachel pada objek belajar lain, tujuan pendirian negara dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa akan cepat terpenuhi. Jadilah: dari Rachel Vennya aku belajar ini, dari Harun Masiku aku belajar itu, dari dana bansos aku belajar anu.
Dari Khrisna? Oh, ada. Dari Khrisna aku belajar menulis diari. Asyik!
Tabik, Khrisna Pabichara