MENULISLAH, tidak peduli tulisanmu bagus atau jelek terus saja menulis. Jika tiba waktunya yang jelek dapat berubah menjadi bagus. Menulislah, tidak peduli tulisanmu keliru atau tepat. Mereka yang tidak pernah keliru tidak akan mengenal cara dan makna memperbaiki.
Dalam hemat saya, alinea pembuka di atas sudah tepat. Berbeda dengan judulnya. Mengapa? Ayo kita ulas. Menulislah, abaikan teori. Kalau Anda baru menulis, itu tepat. Dalam hal ini, baru adalah sesuatu yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya.
Jikalau Anda terlalu sibuk mempelajari teori, boleh jadi Anda dihinggapi perasaan takut salah atau keliru. Anda bisa dihantui macam-macam kebingungan alih-alih menulis. Teori bisa menghantui gairah Anda. Teori wacanalah, komposisi paragraflah, tata kalimatlah, pilihan katalah, tanda bacalah. Macam-macam!
Sekali lagi, abaikan teori hanya berlaku ketika Anda baru memasuki gelanggang cendekia ini. Jikalau sudah lama menjejakkan nama di sana, suka tidak suka Anda mesti mempelajari teori. Satu hal yang perlu Anda camkan, teori bukan teror. Anggap saja teori bagai pelumas untuk meluweskan otak Anda.
Bagi Anda yang sudah menulis puluhan tahun atau telah menganggit ratusan artikel, tetapi masih banyak hal mendasar yang luput dari perhatian, Anda perlu merenung. Boleh sejenak, boleh dua jenak. Setidaknya, Anda bertanya kepada diri sendiri: sudahkah tulisan saya gurih dan renyah?
Gurih berarti tulisan Anda mengandung faedah, menyertakan gizi, dan melibatkan informasi. Adapun renyah berarti tulisan Anda enak dibaca, tidak melelahkan mata dan otak, serta jauh dari kesalahan sepele yang membuat pembaca merasa tidak nyaman.
Gurih berkaitan dengan bagaimana isi tulisan Anda, sedangkan renyah berhubungan dengan bagaimana kemasan tulisan Anda. Baik isi maupun kemasan sama-sama tidak boleh Anda dekatkan dengan asal-asalan.
Bisakah kita mempelajari tata ide agar tulisan mengenyangkan dan menyenangkan? Bisa. Namun, ketika Anda baru memasuki dunia tulis-menulis, setidaknya ada tiga rahasia yang bisa saya bagikan kepada Anda. Pertama, tulis. Kedua, tulis, Ketiga, tulis.
Apabila Anda ingin belajar memperbaiki hal-hal teknis dan praksis tentang kepenulisan, saat itulah Anda sudah tidak bisa menggunakan penyemangat “menulislah dan abaikan teori”.
***
BENARKAH menulis itu mudah? Ya, itu benar. Sangat benar. Namun, jangan Anda langsung terapkan atau kenakan kepada diri Anda. Apa yang mudah bagi orang lain mungkin sulit bagi Anda. Apa yang mudah Anda lakukan barangkali sukar bagi orang lain.
Apakah alinea di atas ruwet dicerna? Tergantung. Kalau Anda dapat menangkap esensinya, alinea di atas tidak ruwet. Sederhananya begini. Sesuatu akan berasa mudah apabila Anda terbiasa. Jika Anda tidak terbiasa menulis, jangan harap Anda bisa mudah menumpahkan gagasan.
Dengan kata lain, kemudahan lahir dari kebiasaan. Makin terbiasa menulis, makin mudah bagi Anda menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Apa pun bentuknya, apa pun genrenya. Termasuk kapan dan di mana pun Anda melakukannya. Kalau Anda ingin menikmati kemudahan menuangkan ide, tetapi Anda enggan menanamkan kebiasaan menulis, Anda akan tersesat di dalam labirin khayal.
Apakah mudah mempelajari teori menulis? Tergantung. Apa saja bisa kita pelajari selama kita punya tiga modal utama. Pertama, mau. Kedua, tekun. Ketiga, tabah. Mau saja belum cukup. Anda harus tekun dan tabah. Menulis bukan keterampilan yang mudah dikuasai dalam satu-dua kali praktik. Harus berkali-kali, harus berulang-ulang.
Manakala jiwa Anda masih berselimut rasa malas, buang jauh-jauh impian ingin terampil menulis. Sia-sia. Nanti Anda kecewa atau makan hati.
***
BENARKAH menulis mesti disertai dengan rajin membaca? Benar. Tubuh Anda butuh asupan agar bugar. Raga Anda butuh daya agar Anda tangguh. Menulis juga begitu. Membaca jelas sangat vital bagi orang yang ingin terampil menulis.
Mengapa demikian? Selama Anda malas membaca, wawasan Anda sebegitu-begitu saja. Selama wawasan Anda sebegitu-begitu saja, kualitas tulisan Anda mustahil meningkat, baik kualitas gagasan maupun kemasan.
Patut Anda camkan, menulis berarti mengeluarkan sesuatu yang selama ini berada di dalam diri Anda. Guna memudahkan proses mengeluarkan itu, Anda butuh tenaga yang dapat mendorong gagasan keluar dari diri Anda. Daya dorong itu bisa kita temukan lewat membaca.
Patut pula Anda camkan, membaca merupakan perbuatan memasukkan sesuatu ke dalam diri Anda. Apa saja yang Anda baca akan mengayakan wawasan Anda. Makin sering Anda membaca makin kaya wawasan Anda. Lantaran wawasan luas, Anda punya daya dorong gagasan. Daya itu bisa Anda gunakan kalau Anda terbiasa mengeluarkannya.
Apa yang perlu Anda lahap agar bisa menulis dengan baik? Teori kepenulisan. Triknya hanya tiga dan saya yakin Anda mampu melakukannya. Pertama, baca. Kedua, baca. Ketiga, baca. Kenapa tiga, padahal isinya satu? Itu berarti Anda harus rajin membaca, rajin belajar.
Di mana Anda bisa menemukan teori kepenulisan yang dibutuhkan? Tanya Engkong Gugel, karena Engkong Felix sedang sibuk merayu Poltak agar tidak terus berdekatan dengan Berta. Oke?!
Salam takzim, Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H