Jadi, siapa yang salah sehingga Liverpool kalah? Jelas bukan Salah. Ia sudah menceploskan bola ke gawang MU sebanyak dua kali. Ia malah mencetak empat gol andaikata gawang MU tidak dijaga oleh kiper. Bagaimana bisa Salah disalahkan?
Namun, kekalahan Liverpool memang disebabkan oleh salah. Salah siapa? Salah yang mana? Oke, saya tunjukkan. Pertama, salah ofisial yang tidak bisa dengan cepat memulihkan pemain yang terbekap cedera. Puas? O, belum.
Baiklah, saya tambahkan. Kedua, salah strategi karena Fabinho diplot menambal pertahanan. Akibat banyaknya bek yang terkamar di ruang perawatan, Williams pun dipasang di pertahanan. Fabinho juga. Jadilah dua pemain itu keteteran menahan gempuran pemain MU.
Masih kurang? Oke, saya tambah lagi. Ketiga, salah manajemen klub yang tidak lekas-lekas membeli pemain untuk mengisi pos bek. Sudah tahu kekurangan bek tengah, manajemen lambat respons. Gelandang ditugaskan sebagai bek bukan jawaban atas masalah Liverpool. Itu menyebalkan!
Mau lagi? Tidak perlu saya kasih poin penanda, ya. Terlalu banyak. Bisa salah strategi, bisa salah antisipasi serangan lawan. Bisa salah pemain, bisa salah pelatih. Bisa juga salah oper atau salah menjaga dan mengamankan bola.
Sudahlah, berdoa saja semoga tidak butuh 30 tahun untuk menyaksikan kejayaan Liverpool lagi. Tidak usah marah-marah, panas hati, dan tipis kuping. Apalagi kejang-kejang. Yang penting tetap nyambung kalau ditanya orang. Cukup itu yang bisa dilakukan oleh Liverpudlian.
Salam takzim, Khrisna Pabichara