Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bolehkah Kupinjam Doamu sebagai Bantal bagi Harapanku?

21 Januari 2021   22:59 Diperbarui: 21 Januari 2021   23:07 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lelaki dan Diari yang sama-sama dirisak Rindu (Ilustrasi: abcsofattraction.com)

03.30 WIB

Sudah setengah empat, Diari. Dinihari makin dingin. Rinduku belum juga tidur. Masih asyik ia bermain di hatiku. Dikiranya malam akan terus hening.

Rinduku memang tidak kenal waktu. Suka sekali ia bermain di hatiku. Pernah karena merasa diabaikan, pernah karena dijauhkan jarak. Pernah karena terpaksa sendirian, pernah karena sepi yang menikam. Masih asyik ia bermain de kepalaku. Dikiranya pagi tak menyediakan indah pertemuan.

Sudah setengah empat, Diari. Subuh mulai menggigil. Rinduku belum juga mengantuk. Ia masih riang bermain di dadaku.

Dikiranya matahari pagi tidak menjanjikan kehangatan lagi.

***

08.15 WIB

Ada yang pelan-pelan menelan rindu, Diari. Lidah harapannya letih mencecap bisu. Mata doanya pucat dan berkali-kali kalut. Kulit ketabahannya perlahan mengelupas.

Ada yang pelan-pelan meneguk air matanya sendiri, Diari. Ranjang sunyi berderit di telinganya yang peka pada pekik. Buluh rindu tumbuh rimbun menjulang di kebun sepi yang lama sekali kemarau.

Ada yang pelan-pelan melangitkan doa, Diari. Untuk orangtua yang tengah terbaring di rumah sakit; untuk perempuan tercinta yang terpaksa mondar-mandir mengurus yang sakit dan yang sehat; untuk virus korona agar segera menjauh sejauh-jauhnya.

Ada yang pelan-pelan menyeka cemas di matanya, Diari. Aku!

Ruang Rindu dan Diari (Ilustrasi: zapier.com)
Ruang Rindu dan Diari (Ilustrasi: zapier.com)
12.12 WIB

Tuhan, tangguhkanlah hatinya.

Jauhkan dirinya dari serbuan nelangsa, kepala pening, dan penat raga tak berkesudahan. Andaikan bisa, Tuhan, pindahkanlah rasa letihnya kepadaku. Biarkan aku yang menanggung Lelahnya, Tuhan. Atau, sehatkanlah kami berdua. Biarkan kami reguk cinta yang Engkau tebar di hati kami.

Terima kasih, Tuhan.

Dengar, Diari, Tuhan pasti mendengar doaku.

***

22.15 WIB

Selamat tidur, Diari. Ada yang ingin kusampaikan kepadamu dan kuharap engkau sampaikan kepadanya.

Aku tidak ingin ia berkunjung ke dalam mimpiku, Diari, sebab aku cuma ingin ia mendatangiku sebagai perempuan yang berbahagia. Aku juga tidak ingin ia berkuasa di alam mimpiku, Diari, sebab aku ingin ia menguasai hari-hariku sebagai perempuan yang membahagiakan.

Diari, bolehkah kupinjam doamu sebagai bantal bagi harapanku?

Pemujarindu, 20 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun