Aku cemburu, Diari. Aku cemburu kepada orang-orang yang teguh memeluk keyakinannya, kepada mereka yang setia berbagi harta dengan orang papa, kepada siapa saja yang rajin menebar kebaikan, kepada orang-orang yang gemar membantu sesama.
Pada cemburu, Diari, aku belajar menemukan makna arif.
Aku rindu, Diari. Rindu kepada orang-orang yang tidak mengusik kehidupan pribadi orang lain, yang tidak mengukur orang lain dengan ukurannya, yang tidak menilai orang lain dengan nilai-nilainya, yang tidak merasa lebih baik daripada orang lain.
Pada rindu, Diari, aku bisa mengenali hakikat menahan diri.
Aku cemburu kepadanya yang sangat tenang saat berpisah dan sangat kuat saat berdekatan. Aku rindu kepadanya yang selalu lembut dalam berkata dan tegas dalam bersikap.
Dari dirinya, Diari, aku tahu esensi disayangi.
***
Aku taktahu harus berbuat apa, Diari. Sungguh, aku taksanggup melihat dia bersedih atau apa saja yang mengeruhkan hatinya seharian ini.
Aku ingin mengajaknya keluar, ke tempat yang hanya ada kami dan Tuhan, biar dia leluasa menceritakan apa saja yang ingin ia ceritakan, dan berharap Tuhan memberi lebih banyak waktu bagi kami untuk bertukar perih.
Akan tetapi, Diari, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya bisa membiarkan doa-doaku terisi namanya. Doa yang mengharapkan kebahagiaan dan ketenangan hatinya. Doa seperti pinta Debu di kover buku: lebih lama bersamanya agar aku bisa lebih lama membahagiakannya.
Pemujarindu, 19 Januari 2021