Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar Manajemen Frustrasi dari Kang Tampol Messi

18 Januari 2021   15:17 Diperbarui: 18 Januari 2021   15:36 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalah itu berat, Messi. (Foto: AP/Minguel Morenatti)

HARI masih sangat pagi. Matahari belum menunjukkan diri. Pesan lewat WA sudah merobek-robek sunyi. Barcelona keok. Koeman belum juga mengangkat piala. Alih-alih cetak gol, Messi malah cetak kartu merah. Euy, jagoan maneh kang tampol!

Selaku pencinta Barcelona, berondongan pesan itu cukup mengejutkan. Para perusuh memang senang meledek saya tiap-tiap Barca kalah. Kontan saya buka kanal Los Cules di Youtube. Ya, Barcelona takluk 2-3 dari Athletic Bilbao di final Piala Superkopa Spanyol. Saya ulik Twitter, ya, Messi merajai tren cuitan. Benar, sang kapten tengah oleng.

Setelah menghadiahi Barca dengan ratusan gelontoran gol, setelah mengangkat gelar pribadi bergengsi sebanyak enam kali, setelah menjadi kapten di Blaugrana, setelah tampil membela Los Cules sebanyak 753 kali, Messi akhirnya mencetak rekor baru.

Bukan rekor penampilan terbanyak melampaui Xavi Hernandez, bukan. Kartu merah. Messi menerima kartu merah pertama sepanjang ia membela klub merah-kuning-biru itu. La Pulga, julukan Messi, sepertinya ngebet banget melengkapi rekor. Kini genap sudah rekornya dengan tambahan kartu merah perdana di tim senior Barca.

Kalau Anda fan fanatik Barca, tidak usah risau. Kalah dan menang soal biasa, kalah melulu di laga final baru jadi perkara. Messi tidak mencetak gol juga biasa sebab striker haus gol juga ada musim kemaraunya, frustrasi gara-gara kalah itu baru masalah.

Dulu semasa membela Barcelona B, tepatnya 27 Februari 2005, ia menerima hadiah kartu merah saat berhadapan dengan Pena Sport de Talafalla. Itulah sejatinya kartu merah pertama Messi di Barca, tetapi jarang dibabar karena saat itu ia masih membela Barcelona B.

Hikmah apa yang dapat dipetik oleh penggemar Barcelona di seluruh penjuru dunia? Manajemen frustrasi. Itulah pelajaran utama yang penting kita simak secara saksama. Sepakbola sejatinya bukan sekadar dua kesebelasan mengejar-ngejar satu bola sepak, bukan. Ada banyak hikmat tersembunyi di balik terjangan, sepakan, dan rangkulan di atas lapangan hijau.

Peristiwa Messi menampol Asier Villalibre, jagoan Bilbao yang mencetak gol penyeimbang, adalah pertunjukan teater dengan akhir yang sangat tragis dan dramatis. Bayangkan, sepanjang laga Messi dijegal, ditekel, didorong, dan diseret pemain lain, cukup dengan sekali tampol La Pulga kena batu.

Frustrasi yang menerjang Messi bukanlah sesuatu yang tiba-tiba terjadi. Sarafino (1998) pernah mengudar perkara frustrasi akibat tekanan psikis (rohani) dan fisis (jasmani). Dari aspek psikis, Messi tertekan karena proses kepindahannya pada akhir musim lalu gagal terwujud. Dari aspek fisis, usia pelan-pelan merapuhkan Messi.

Dua aspek itu bersekutu meremukkan Messi dari dalam. Batinnya berduka, raganya terluka. Ia kehilangan kenikmatan menggocek bola. Ia kehilangan kebahagiaan menari-nari di lapangan. Ia kehilangan kebanggaan sebagai seorang persona sohor.

Tak ayal, acungan kartu merah oleh wasit Jesus Gil sebenarnya bukanlah akhir dari gelontoran tekanan kepada sang kapten. Itu baru awal. Apabila staf pelatih Barcelona gagal mencucikan dan menyucikan batin Messi, akrobat mengerikan akan kita lihat pada masa-masa mendatang.

Jika Anda fan Barca, tidak usah habis-habisan mengutuk Messi. Jangan campakkan sepah usai manis habis Anda sesap. Sekali waktu Anda perlu mengatakan, "Saya malah senang Messi bisa main tampol." Bukankah Messi termasuk pemain yang jarang mengamuk? 

Namun, ya, cukup sekali Anda berkata begitu. Itu pun gerunyam saja.

***

Messi dikawal ketat oleh pemain lawan (Foto: AP/Minguel Morenatti)
Messi dikawal ketat oleh pemain lawan (Foto: AP/Minguel Morenatti)
DARI kartu merah keempat sepanjang karier Messi, kita bisa memetik pelajaran berharga.

Pertama: sabar ada batasnya. Pada kasus kartu merah Messi di laga final semalam, kita dapat menimba ilmu dari sumur sabar di sanubari Messi. La Pulga telah menunjukkan batas kesabarannya. Ia sudah mendemostrasikan kemampuan kepalannya.

Itulah pelajaran pertama. Semarah apa pun, sedongkol apa pun, sesakit apa pun, Anda tidak boleh main tampol. Boleh jadi wasit abai karena tidak melihat kejadiannya, tetapi VAR sekarang dapat menayangkan aib pemain bola. Boleh jadi hukum gagal menghakimi Anda, tetapi pengadilan yang kita hadapi di muka bumi syahdan tidak ada apa-apanya dibanding Pengadilan Tuhan.

Dengan begitu, pelajari bagaimana stres menekan jiwa Anda. Jauhkan kalimat-kalimat positif beracun seperti sabar tanpa batas, yang kita butuhkan adalah bagaimana kita bersikap ketika tubuh kita sudah kurang tangguh merawat sabar.

Kedua: main hati boleh, jangan main hakim sendiri. Anda boleh baper ketika seseorang menyakiti hati Anda. Ya, Anda boleh sakit hati tatkala orang lain meremehkan, memandang rendah, atau menyepelekan Anda. Silakan. Itu manusiawi. Anda punya hati, jadi Anda berhak sakit hati.

Hanya saja, jangan main pukul. Manakala Anda berkali-kali disentil orang, satu kali kepalan Anda melayang bisa menjadi bumerang. Anda akan rugi sendiri. Sudah sakit hati, Anda pula yang menjadi tersangka. Salah-salah menjadi terdakwa.

Lihatlah Messi. Ia sah apabila terpaksa main hati. Betisnya jadi bulan-bulanan, jersinya jadi bahan tarikan, badannya kejar-kejor dihajar lawan. Ketika Sergi Ramos sengaja berlari kencang mendekati La Pulga hanya untuk menghajar betis belakang Messi, ia masih bisa menahan sewot. Justru Puyol dan Xavi yang memelototi Ramos.

Semalam tidak. Setelah bola lepas dari kaki Messi, setelah ia sukses mengirim umpan kepada Alba, setelah Villalibre mengadang dan mengalangi Messi, sang kapten kehilangan kendali emosi. Lengannya melayang dan mendarat di kepala Vellalibre. Mental juara berganti mental jawara.

Mustahil Messi terus mingkem setelah digasak lawan. Ada saatnya seorang pendiam yang rutin memeram sakit hati tiba-tiba meledak. Jika itu terjadinya, itu manusiawi.

***

Kalah itu berat, Messi. (Foto: AP/Minguel Morenatti)
Kalah itu berat, Messi. (Foto: AP/Minguel Morenatti)

JIKALAU Anda penggemar sejati Barcelona, seperti saya, cukuplah dua pelajaran itu yang Anda simak. Jauhkanlah diri Anda dari tabiat mengumbar caci maki akibat drama kartu merah. Anda pasti tahu, Messi juga manusia biasa seperti Anda. Ia punya watas sabar. 

 Messi bukan malaikat, apalagi Tuhan.

Salam takzim, Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun