Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kesepian Itu Menyiksa, Diari

13 Januari 2021   19:31 Diperbarui: 13 Januari 2021   19:30 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

17.00 WIB

Kesepian itu menyiksa, Diari.

Seperti kaududuk di ruang tunggu bandara yang ramai, tetapi tubuhmu digigiti perasaan sepi yang mencekam. Kadang kamu berharap ada yang melintas di depanmu, menoleh kepadamu, dan menyapamu sebagai orang yang mengenalmu. Kadang kamu berharap aku ada di sisimu, duduk di bangku kosong di sampingmu--yang tasmu sengaja kausimpan di sana agar orang lain tak mendudukinya--dan mengobrolkan apa saja denganmu.

Akan tetapi, Diari, tidak semua harapanmu dipenuhi oleh kenyataan. Tiada yang melintas di depanmu, tiada yang menoleh kepadamu, tiada yang menyapamu dengan akrab, tiada aku di sampingmu. Kamu sendirian. Sunyi menyelimuti hatimu. Saat seperti itulah cinta menunjukkan kepadamu cara bertahan dari perih gigitan sunyi.

Kesepian itu menyiksa, Diari. Sangat menyiksa.

Ya, aku sedang kesepian. Hingga pukul lima sore ia masih di tempatnya bekerja, sibuk dengan beban-beban kerja administratif, bolak-balik dari satu gedung ke gedung lain, dan tidak jelas pula pukul berapa ia akan tiba di rumah. Barangkali sepatu sudah menggigiti kulit kakinya, letih melolosi tempurung lututnya, dan ngilu menggelayuti pinggangnya. Aku tidak tahu apa yang sedang ia alami, Diari. Aku hanya bisa berdoa semoga ia kuat dan baik-baik saja.

Kesepian seperti ladang, Diari. Kamu bisa menanam bibit-bibit rindu dan cemburu di situ. Sepuas hatimu. Seenak jidatmu.

Dokumen Olah Pribadi
Dokumen Olah Pribadi
Jika aroma kesepian sudah begitu sengit di hatiku, Diari, dialah penyembuhnya. Dia akan datang kepadaku atau mengabari biar aku yang mendatanginya, lalu kesepian menjauh dari kami, sungguh-sungguh menjauh--hingga sewaktu kami panggil pun sunyi tidak akan muncul-muncul.

Aku sudah meminta agar ia segera pulang, Diari, tetapi pekerjaannya masih menggunung. Aku tahu ia kelelahan, Diari, tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan agar ia tetap tangguh. Kamu tahu, Diari, kadang aku tidak mampu melakukan apa pun selain berdoa.

Betapa dahsyat sepi merapuhkan hatiku.

Ronggarindu, 13 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun