Bayangkan pula perasaan orangtua yang punya anak-anak autistik. Hangat kasih sayang mereka bisa terusik. Belum lagi kalau orangtua itu termasuk dalam golongan yang "merasa minder dan malu karena anaknya autistik".
Lebih fatal lagi apabila autistik disamakan dengan gangguan jiwa. Sungguh berbahaya bagi anak-anak autistik karena dapat memengaruhi kesehatan batin mereka. Bayangkan apabila para penderita autisme dirundung tiada henti dengan seloroh "sakit jiwa". Alangkah!
Maka dari itu, mohon maaf Pak Menteri kalau saya meradang. Pertanyaan saya sekarang, apakah benar Pak Menteri menyatakan demikian? Jika benar, saya berharap Pak Menteri lebih tangkas menjauhi tabiat ceroboh dan sembrono. Itu kalau benar.
Bagaimana kalau ternyata Pak Menteri tidak mengeluarkan pernyataan tersebut? Kalau melihat tayangan video yang sudah ditilik tujuh ribuan pemirsa, tidak ada potongan pernyataan seperti itu saat Pak Menteri berpidato.
Hanya saja, video tersebut tidak menayangkan sambutan Pak Menteri secara utuh. Hal ini dapat menimbulkan keraguan atau kesangsian. Jangan-jangan Admin @Acuantodaycom yang bikin-bikin pernyataan memerihkan dan mendidihkan hati.
Jikalau benar begitu, Admin akun yang mengekspos video patut dimintai pertanggungjawaban. Selain memfitnah Pak Menteri, Admin juga menyesatkan dan menjerumuskan persepsi saya. Tentu saja, menyesatkan dan menjerumuskan netizen lain.
Akan tetapi, saya agak bimbang andaikata benar Admin yang keliru menaja narasi. Masak iya asap muncul sendiri tanpa ada api selaku pemicu? Entahlah.
Salam takzim, Khrisna Pabichara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H