Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akibat Rasis, David Mohon Maaf Segede Gaban

13 Desember 2020   12:28 Diperbarui: 13 Desember 2020   12:53 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

O, tidak. Seyogianya kita halau jauh-jauh betik pikiran tentang David salah sindir orang. Ia kena "batu sendiri karena menimpuk pengacara". Tidak begitu. Mau pengacara atau bukan, mau kaya atau tidak, kita tidak dilimpahi hak dan wewenang untuk menindas kejiwaan orang lain.

Tengoklah media sosial belakangan ini. Umpatan rasis mudah sekali berhamburan. Mencaci sosok lain gara-gara garis keturunan seperti menjadi hobi yang dapat dilakukan sekehendak hati. Istilah rasial bermunculan lebih banyak dibanding jamur pada musim hujan.

Tidaklah aneh apabila kita kerap diingatkan agar menjaga mulut. Mulutmu harimaumu. Petuah itu pasti sangat sering kita baca atau dengar. Namun, apakah kita sudah mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari? Belum. Masih jauh asam dari garam. Masih jauh satai dari api.

Hanya karena seseorang lahir dari rahim seorang ibu bersuku anu, bukan berarti orang itu berwenang menghina, mengejek, atau merisak warga keturunan. Sebaiknya kita hentikan tabiat menakar kualitas kewarganegaraan berdasarkan garis darah atau silsilah. Sudah bukan zamannya.

Memilah kewarganegaraan dari garis darah sejatinya merupakan warisan kolonial. Pasal 163 Indische Staatsinrichting dibagi berdasarkan nasionalitas dan bukan kriteria ras, faktanya kriteria raslah yang dominan digunakan. Seseorang yang berasal dari Belanda dan Eropa (Nederlanders dan Europeanen) mendapat perlakuan berbeda dibanding orang lain dari Hindia Belanda dan Timur Asing (inheemsem dan uitheemsem). Itu kebijakan zaman penjajahan.

Coba bayangkan. Sengkarut pernyataan rasial itu sudah terjadi dua tahun silam, 5 Agustus 2018, tetapi baru kemarin pernyataan maaf David muncul di koran. Sung Kim butuh dua tahun untuk menunggu satu permintaan maaf.

Apa hikmah yang dapat kita petik dari kekhilafan David? 

Berhentilah berlaku rasis. Hentikan caci maki. Jauhkan istilah-istilah rasial dari benak. Hanya karena kita manusia bukan berarti kita bisa otomatis menjadi manusiawi. Hanya karena kita sudah lahir sebagai manusia, bukan berarti kita sudah menjadi manusia.

Berusahalah menjadi manusia.

Salam takzim, Khrisna Pabichara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun