Saya sebut Kompasiana kurang peduli pada bahasa Indonesia karena begitulah adanya. Lihat saja cara Admin K membiarkan Kompasianer menaruh angka pada awal judul. Sederhana saja. Kalau Anda pernah menjadi seorang mahasiswa "yang dikejar-kejar skripsi", Anda tidak akan diizinkan memakai angka pada awal judul.
Sekarang lihatlah Kompasiana. Dalam sebulan terakhir, saya malas menghitung jumlah tepatnya, tiap hari selalu muncul judul seperti "3 Langkah Mencari Jodoh" atau "7 Alasan Mencintai Kamu". Delapan kali saya udar perkara demikian dalam artikel saya, hasilnya nihil.Â
Sudah saya tawarkan pula solusi berupa menambahkan kata sebelum angka, misalnya "Ada 3 Langkah Mencari Jodoh" atau "Inilah 7 Alasan Mencintai kamu", tetapi hasilnya masih nihil. Nol besar. Jika alasannya karena sedang tren, ai, makin celakalah bahasa Indonesia kita.
Lebih celaka lagi, Admin K seperti sengaja membiarkan kesalahkaprahan itu. Dengan demikian, Admin K turut ambil bagian dalam upaya "merusak bahasa Indonesia". Jika alasannya tidak tahu, saya masih bisa pahami. Namun, celakalah jika tidak tahu itu ditambah dengan tidak berusaha mencari tahu.
Lima Saran Receh
Tanpa bunga-bunga kata, berikut saya agihkan lima saran receh bagi Kompasianer dan Admin K.
Pertama, perbaiki ejaan. Baik Admin K maupun Kompasianer mestinya mendalami kembali tata cara menulis. Tidak usah yang rumit-rumit, cukup mempelajari cara menggunakan tanda koma (,), tanda titik (.), dan tanda baca yang lain.
Kedua, tata kalimat. Saya pikir, Kompasianer tidak akan kerepotan sekadar untuk belajar cara meracik kalimat yang baik. Menulis saja dulu, ya. Sambil menulis, jangan lupa terus belajar. Pisau tajam akan tumpul dan berkarat apabila tidak diasah. Otak manusia juga begitu.
Ketiga, olah paragraf. Beberapa kali saya alami paragraf yang telah saya tata dengan baik, kalimatnya ringkas dan padat, disusun atas perkiraan renyah baca di gawai, tiba-tiba diberantakkan oleh Admin K. Kalimat dipenggal seenak hati tanpa memperhatikan keutuhan paragraf. Saya? Ya, saya edit lagi.
Keempat, evaluasi tulisan. Tidak sedikit tulisan yang tidak layak mendapat merek "Pilihan" malah dilabeli "Pilihan" oleh Admin K. Fatalnya, sering benar Admin K kecolongan. Sudah dikasih "Pilihan", eh, mendadak label itu dibuang atau dihapus.
Kelima, pelajari bahasa Indonesia. Saya sendiri tidak pernah berhenti belajar. Tiap tulisan mesti saya teliti kata, frasa, klausa, kalimat, alinea, dan wacananya. Saya manfaatkan seluruh teori yang saya tahu, tetapi tetap berusaha agar tulisan saya "gurih baca".