Kita semua mafhum bahwa era revolusi industri 4.0 sudah kita masuki. Pesugihan juga begitu. Selain metode bertapa di tempat keramat atau menggunakan jasa perantara (seperti tuyul), pesugihan pun ikut canggih. Malah pesugihan sudah merambah kantor-kantor eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Media yang digunakan oleh para penyugih juga canggih. Dulu memakai tuyul, sekarang lewat ponsel. Tempatnya juga tambah mewah. Dulu bisa di kuburan atau di tangkal beringin, sekarang di kafe-kafe atau lobi hotel mewah.
Pakaian penyugih pun makin mentereng. Kalau dulu busana penyugih terlihat ketinggalan zaman atau antimode, sekarang tampak perlente. Sepatu mengilat. Celana keren. Jam tangan mahal. Kemeja trendi. Jas mewah. Dasi bermerek. Pendek kata, wah!
Partner pesugihan pun mengalami kemajuan. Dulu penyugih bisa bekerja sama dengan setan atau siluman, sekarang berkaja sama dengan setan uang atau siluman berdasi. Kerja samanya beragam. Bisa lewat pengadaan barang, penyalahgunaan jabatan, pemerasan, pencurangan, atau penyuapan.
Coba simak data tentang penyugih modern di bawah ini.Â
Sekali lagi, pesugihan makin canggih. Istilahnya juga beragam dan keren. Korupsi, nama besarnya. Nama kecilnya bisa gratifikasi. Nama sederhananya suap-menyuap. Seseorang yang menyuap pegawai negeri agar mendapatkan proyek atau memenangi tender, berarti orang itu sedang menyugih. Orang itu dinamai penyugih. Istilah canggihnya, koruptor.
Jumlah penyugih canggih sangat fantastis. Silakan lihat data di bawah ini yang saya kutip dari Laporan Tahunan KPK 2018.
Kita mungkin mencibir penyugih yang kaya mendadak setelah selesai bertapa di Gunung Kawi, misalnya. Tidak apa-apa. Namun, kita mestinya lebih mencibir ketika tahu ada penyugih modern yang melakukan pesugihan di kantor yang dibangun dari uang hasil perasan keringat rakyat.Â