Kadang pula kita meminta maaf, padahal sebenarnya menyerang balik. Kalau aku salah, maafkanlah. Yang penting aku sudah meminta maaf. Ada yang lebih fatal daripada kedua pernyataan tadi. Mestinya kamu memahami perasaanku. Apa susahnya memaafkan.
Kalau kalimat seperti itu terlontar tiada berbeda dengan menabuh genderang perang. Mungkin kita akan dimaafkan, tetapi kesalahan kita bakal sulit dilupakan. Bagaimanapun, melupakan tidak semudah memaafkan.
Bayangkan jika Puan Maharani melakukan konferensi pers, kemudian menyatakan permintaan maaf kepada masyarakat Sumbar. Mimik dan gestur Puan sangat mendukung sehingga permintaan maaf itu terlihat sangat tulus. Lalu, wartawan berkerumun dan berlomba menghamburkan pertanyaan.
Akibat gerah dan ingin segera berlalu, Puan kehilangan konsentrasi. Sambil tersenyum ia berkata, “Yang penting saya sudah meminta maaf!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H