Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lukaku dan Kisah Pencetak Gol Bunuh Diri Lainnya

22 Agustus 2020   11:49 Diperbarui: 22 Agustus 2020   13:15 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Romelu Lukaku tertunduk dan terluka setelah mencetak gol ke gawang Inter Milan (Foto: Kompas.com-AFP/Lars Baron)

Dini hari tadi Lukaku terluka. Final yang lama ditunggu-tunggu oleh Inter Milan justru menjadi petaka bagi Lukaku. Pada partai melawan Sevilla yang berujung kekalahan 2-3, Lukaku mencetak gol pembuka tawa pada babak pertama dan mencetak gol pembawa luka pada babak kedua.

Nasib Lukaku bersama Inter Milan di Piala Eropa tidak berakhir manis. Pada semifinal ia mencicip manis tawa sebagai pahlawan, pada final ia mencucup pahit air mata sebagai pecundang. Naga-naganya, namanya akan selalu dikenang oleh Interisti sebagai pengganjal kedatangan piala dan gelar juara.

Takdir berbeda dialami oleh Diego Carlos. Bek Sevilla itu menyuguhkan mimpi buruk bagi klubnya. Gol pertama bagi Inter Milan yang dicetak oleh Lukaku dari titik penalti adalah hadiah atas kesalahan Carlos menjegal Lukaku. Namun, Carlos sedang dalam pelukan Dewi Fortuna. Kolaborasinya dengan Lukaku mengantar Sevilla ke podium juara.

Final yang fatal bagi Lukaku. Ia seorang penyerang, tetapi merobek jala gawang sendiri. Kalau yang mencetak gol bunuh diri adalah seorang bek, tentu lazim adanya. Sebab, bek tergolong baris terakhir pertahanan yang bisa kapan waktu bernasib nahas mengoyak gawang sendiri. Lukaku bukan bek. Ia striker yang haus gol.

Sekalipun begitu, Lukaku tidak perlu terlalu lama terpuruk dalam sakit hati berlarut-larut, kecewa berlebihan, dan rasa bersalah berkepanjangan. Ia tidak sendirian. Banyak pemain lain di seluruh penjuru bumi yang pernah mencetak gol ke gawang sendiri. Bahkan ada juga kisah striker masyhur, pencetak gol ternama, dan penyerang dengan gelimang rekor luar biasa.

Cristiano Ronaldo orangnya. Hampir semua penggila sepak bola mengenal nama pemegang rekor pencetak gol terbanyak di Liga Champions. Bahkan, golnya di Liga Champions masih susah didekati atau disalip oleh striker lain, termasuk oleh Lionel Messi--Si Kutu dari Barcelona.

Hanya saja, ada satu kisah gol Ronaldo yang bakal sulit diikuti oleh Messi. Gol sundulan ke gawang sendiri saat masih berseragam Los Blancos alias Real Madrid. Minggu, 3 Februari 2013. Bermula dari sepakan pojok untuk Granada, Ronaldo melompat untuk menghalau bola. Nasib buruk tiba. Sundulan Ronaldo mengantar bola ke dalam gawang Real Madrid.

Kala itu laga masiih berlangsung 22 menit. Ronaldo berusaha menebus kesalahan pada sepanjang pertandingan, tetapi kop ke gawang sendiri menjadi satu-satunya gol pada dini hari itu. Itulah debut gol bunuh diri Ronaldo. Satu-satunya gol pada laga itu. Satu-satunya gol yang mengantarkan Real Madrid pada kekalahan.

Apakah Ronaldo terpuruk? Tidak. Ia memang sempat kecewa, tetapi tidak berlangsung lama. Kecewa bukan makanan yang dapat menyuguhkan asupan gizi bagi batin. Hasilnya luar biasa. Ronaldo malah mengangkat Ballon d'Or 2013 di Santiago Bernabeu, 24 Januari 2014, justru saat melawan Granada. 

Cristiano Ronaldo mengangkat Ballon d'Or 2013 di Stadion Santiago Bernabeu, 24 Januari 2014, pada partai melawan Granada (Foto: Reuters/Juan Medina)
Cristiano Ronaldo mengangkat Ballon d'Or 2013 di Stadion Santiago Bernabeu, 24 Januari 2014, pada partai melawan Granada (Foto: Reuters/Juan Medina)
Jadi, Lukaku tidak perlu membenamkan diri pada kolam putus asa. Ia masih muda. Perjalanannya masih lama dan panjang. Di dunia sepak bola yang keras dan sering kali kasar, tidak sedikit nama melegenda yang pernah melakukan kesalahan serupa.

Pada Agustus 2016 lalu, dunia sepak bola sempat geger karena nasib nahas yang dialami Shane Duffy. Bek muda Blackburn asal Irlandia itu mencetak dua gol bunuh diri hanya dalam rentang 6 (enam) menit. Gol pertama akibat kesalahannya mengantisipasi laju bola, gol kedua dipicu oleh rasa frustrasinya atas tekanan lawan. Akhirnya Duffy menjadi penyebab kekalahan Blackburn dari Cardiff dengan skor 1-2.

Urusan gol bunuh diri bukan ranah bek atau striker saja. Kiper juga sering melakukan kesalahan yang sama. Satu nama yang patut kita ingat adalah Zubizaretta. Kiper tenar yang mengawal gawang Spanyol pada Piala Dunia 1998 itu berniat menahan dan menangkap bola. Apa daya, bola berbelok dan masuk ke gawang. Spanyol pun kalah 2-3 melawan Nigeria, sebuah kekalahan yang selalu dikaitkan dengan blunder Zubizaretta.

Rene Higuita. Kiper nyentrik ini juga pernah melakukan kesalahan fatal. Benteng terakhir Kolombia ini memang kerap merangsek hingga ke tengah lapangan sambil menggocek bola. Bahkan ia sering mengalirkan duka di mata kiper lawan karena kemahirannya mengeksekusi tendangan bebas.

Keberuntungan ternyata sering hilang ketika dibutuhkan. Pada partai melawan Kamerun di Piala Dunia 1990, Rene melakukan "bunuh diri konyol". Ia tinggalkan sarangnya saembari menggocek dan mengoper bola kepada koleganya di barisan belakang, tetapi Roger Milla sang Elang dari Kamerun menyambar dan menceploskan bola ke gawang Kolombia.

Masih sekisar kesalahan kiper. Kali ini terjadi di Ligue 2. Aktornya bernama Brice Maubleu. Kiper muda asal klub Grenoble sedang memeluk erat bola seraya mencari Jerome Mombris, rekannya di bagian belakang. Ia lemparkan bola dengan kencang, tetapi bola melengkung dan bergulir ke gawang sendiri.

Kisah gol bunuh diri Maubleu barangkali tidak setragis Lukaku yang kehilangan medali emas, tetapi menyobek gawang sendiri dari sebuah lemparan sama pahitnya dengan kehilang gelar bagi Maubleu. Memang gol itu tampak kocak bagi penonton, tetapi konyol dan menyakitkan bagi sang kiper.

Lukaku tidak sendirian. Nama sebesar Franco Baresi pernah melakukan kesalahan serupa. Bek tangguh asal AC Milan itu juga tercatat dalam sejarah Liga Italia selaku bek yang rajin mencetak gol, baik ke gawang lawan maupun ke gawang sendiri. Sebanyak 20 gol ia cetak ke gawang lawan, delapan gol ia torehkan ke gawang klubnya sendiri.

Terkait rekor gol bunuh diri, Franco Baresi tidak sendiri. Seorang bek bertubuh tinggi kekar asal Inter Milan juga setanding dengan Baresi dalam hal jumlah gol bunuh diri. Riccardo Ferri mencetak delapan gol ke gawang tim yang dini hari dibuat kelenger oleh Lukaku.

Kisah Ferri malah lebih fatal dibanding Lukaku. Kala itu Nerazzuri berhadapan dengan AS Roma. Maret 1982. Inter Milan sedang tertinggal dengan skor 0-1. Euginio Berselini sang pelatih segera menarik Klaus Blachlechner dan memasukkan Riccardo Ferri. Hasilnya manis. Skor 1-1 setelah Salvatore Bagni mencetak gol pengimbang.

Celakanya, Riccardo Ferri mencoreng aksi cemerlangnya dengan mencetak gol bunuh diri. Lebih celaka lagi, Ferri menginspirasi rekannya, Graziano Bini, untuk melakukan hal serupa. Dua gol bunuh diri dalam rentang 10 menit. Inter Milan akhirnya bertekuk lutut di hadapan AS Roma dengan skor akhir 2-3.

Riccardo Ferri, legenda Inter Milan sekaligus Raja Gol Bunuh Diri di Liga Italia (Foto: interleaning.tumblr.com)
Riccardo Ferri, legenda Inter Milan sekaligus Raja Gol Bunuh Diri di Liga Italia (Foto: interleaning.tumblr.com)

Apakah Ferri tenggelam dalam telaga derita? Tidak. Ia bangkit dari keterpurukan. Gol bunuh diri itu justru jadi peledak bagi kemampuan hebatnya dalam mencetak gol lewat tendangan bebas. Bek tangguh yang mencetak gol bunuh diri kala berusia 19 tahun itu akhirnya menjadi legenda Inter Milan. Ia mencetak 9 (sembilan) gol bagi Nerazzuri dalam 463 pertandingan.

Lukaku tidak perlu berduka. Terluka boleh asal jangan terlalu lama berduka. Ronaldo pernah bersedih gara-gara merobek gawang sendiri, tetapi ia kemudian bangkit dan menjadi predator buas. Ferri pernah "menghukum" tim sendiri semasa berusia 19 tahun, tetapi ia kemudian berdiri tegak dan menjadi benteng kokoh bagi Inter Milan. Berduka seperlunya saja, Lukaku, jangan berlebihan.

O ya, ada satu gol bunuh diri yang berakhir pada hilangnya nyawa pelaku. Hanya saja, saya enggan menceritakan kisah itu dalam artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun