Apakah penulis, editor, dan guru tidak boleh mengalami kesalahan berbahasa? Kata siapa tidak boleh. Kesalahan dan kekhilafan itu hal mutlak yang kita butuhkan. Mustahil kita tahu mana yang lebih parah antara sakit gigi dan sakit hati jika kita tidak pernah mengalaminya. Apa yang akan kita perbaiki jika kita tidak pernah melakukan kesalahan? Tidak ada.
Supaya lebih ngeh, berikut  ini saya tuturkan tiga manfaat kesalahan berbahasa bagi kita.
- Kesalahan berbahasa berguna sebagai umpan balik untuk mengukur seberapa dalam seseorang memahami sesuatu.
- Kesalahan berbahasa berguna sebagai data atau fakta empiris bagi pengamat untuk mengetahui cara seseorang memperoleh dan mempelajari sesuatu.
- Kesalahan berbahasa berguna sebagai masukan dalam upaya merancang strategi baru dalam mempelajari sesuatu.
Berdasarkan ketiga manfaat di atas, dapat kita ketahui bahwa kesalahan berbahasa bukan aib mahaburuk yang dapat membuat kita kehilangan muka. Saya sendiri sering tertawa kalau membaca tulisan lama saya. Kesalahan berbahasa saya pada masa lalu justru saya jadikan cemeti untuk mencambuk semangat belajar saya.
Sekarang kita kembali lagi pada perkara proklitik ku- dan kau-. Pertama, tahukah kamu apa itu proklitik ku- dan kau-? Woles saja. Itu kening tidak perlu dikerut-kerutkan. Terus baca saja dari alinea ke alinea. Nanti juga ketemu jawabannya. Oke? Sip! Begini, Sobat. Proklitik ku- adalah bentuk ringkas atau varian dari kata "aku", sedangkan kau- merupakan bentuk ringkas atau varian dari kata "engkau".Â
Mudah, kan? Memang mudah, kok. Â
Kedua, kapankah proklitik digunakan? Ini juga mudah. Baik proklitik ku- maupun kau-Â sama-sama digunakan pada kalimat yang menggunakan kata kerja pasif. Rumus asala-asalannya adalah tiap kata yang dapat dibubuhi ku-Â berarti dapat pula diimbuhi kau-.
Coba perhatikan pasangan kata berikut: kubaca-kaubaca, kumakan-kaumakan, kutinggalkan-kautinggalkan, kulupakan-kaulupakan, kuterima-kauterima. Lihat dengan saksama, semua kata yang mengikuti proklitik ku- dan kau- adalah kata kerja. Â
Bagaimana dengan penulisan kau dan tahu? Apakah dipisah atau digabung? Tunggu dulu, Sob. Tahu apa, nih? Kalau tahu yang dimaksud adalah makanan dari kedelai (bukan keledai) maka harus ditulis terpisah. Hasilnya: Kau tahu atau tempe? Jika kata tahu yang dimaksud adalah yang bermakna sadar, insaf, paham, atau mengerti maka harus ditulis serangkai. Hasilnya: Kautahu, aku bukan tempe.
Coba simak beberapa contoh berikut ini.
- Kubuka mata dan kulihat kautidur dengan posisi memeluk lutut sendiri. Apakah kau tak mau lagi memeluk tubuhku?
- Kaumanis sore ini, manis sekali.
- Kaumerampas semangat hidupku.
- Kaurambah gundahku, kuringkus gusarmu. Kita mencari tabah pada musim yang salah.
Penulisan proklitik pada kalimat (1) sudah tepat. Proses peringkasan atau pemenggalannya dari "aku buka" menjadi "kubuka". Proklitik pada kalimat (2) tidak tepat, karena "manis" bukan kata kerja. Kesalahan penulisan proklitik kau-Â juga terdapat dalam kalimat (3).