Kehadiran konjungsi koordinatif di dalam kalimat sangatlah vital. Persis seperti keberadaan cemburu dalam satu hubungan cinta. Cemburu dalam porsi yang pas akan menjadi pemulus, sedangkan dalam takar yang berlebihan dapat menjadi pemutus.
Sobat, akhirnya kita tiba pada sekuel ketiga. Saya memohon maaf karena telat sehari dari semestinya. Mudah-mudahan kalian tidak marah, kesal, atau dongkol. Apalagi sampai banting ponsel. Jangan, ya. Lebih baik banting saja masa lalu yang kelam.Â
Kali ini kita akan membincangkan seluk-beluk konjungsi koordinatif. Supaya lebih afdal, sebaiknya kalian siapkan minuman dan camilan. Biar otak kenyang sekalian perut senang.
Bagi yang suka teh atau kopi, silakan seduh sekarang. Bagi yang suka harapan palsu, sebaiknya berhenti melamun. Berharap banyak memang sah, tetapi terlalu berharap dapat menyakiti diri sendiri. Maaf, itu sekadar intermezo.
O ya, pada dua sekuel sebelumnya telah kita ulas tentang pengaruh konjungsi atas keterbacaan dan keberterimaan tulisan. Sekarang kita akan menyisir pernak-pernik konjungsi koordinatif. Kita akan susuri manfaat konjungsi kordinatif, apa saja jenisnya, serta kapan dan bagaimana kita menggunakannya.
Begini, Sobat. Gagasan yang brilian kian bermakna jika disuguhkan dengan apik, seperti sajian makanan yang diracik amat sempurna. Ide yang keren akan makin berarti apabila dihidangkan secara elegan ke hadapan sidang pembaca.
Jika kalimat kita tata seperti jalan raya yang berlubang dan berbatu, hal itu berarti kita sedang menyiksa orang lain. Pembaca bakal tersendat-sendat dan tersengal-sengal. Alih-alih lancar mencerap gagasan, pembaca malah megap-megap menahan kesal. Tulisan usai dibaca, tetapi makna tidak kunjung meresap.
Kita Pasti Butuh Konjungsi Koordinatif
Sebenarnya artikel ini semacam "teori recehan". Namanya juga teori recehan, disusun sekali duduk saja. Meski begitu, artikel ini saya taja dan agihkan kepada Anda dengan harapan menjadi semacam makanan bergizi yang, semoga, dapat mengayakan wawasan Anda.
Ketika menyusun kalimat, Sobat, mau tidak mau kalian harus merekat atau merakit kata demi kata. Coba simak kalimat di bawah ini.Â
(1) Kamu boleh pergi. Pekerjaan utamamu sudah selesai.Â
(2) Kamu boleh pergi kalau pekerjaan utamamu sudah selesai.Â
Contoh kalimat (1) membuat kita terbata pada saat mengejanya karena tidak menggunakan kata sambung. Bandingkan dengan kalimat (2) yang menggunakan konjungsi "kalau" untuk merakit dan menghubungkan dua klausa itu. Hasilnya apik. Selain enak dibaca, makna kalimat juga lebih mudah kita cerna.
Selanjutnya, ejalah kalimat berikut.Â
(3) Relung, Kidung meratap. Ayahnya meninggal.Â
(4) Relung dan Kidung meratap karena ayahnya meninggal.Â
Tentu saja kita bisa meraba-raba bahwa Kidung dan Relung dalam contoh (3) meratap karena ayahnya meninggal. Namun, ketiadaan konjungsi memicu ketaksaan atau ambiguitas. Bisa saja yang dimaksud kidung adalah 'lagu atau tembang'. Sementara itu, kehadiran konjungsi koordinatif dan pada kalimat (4) membuat makna mengalir lebih lancar.
Keempat kalimat di atas memperjelas betapa kalimat membutuhkan kehadiran konjungsi, termasuk konjungsi koordinatif. Ya, mirip dengan cinta. Harus ada "jembatan perekat" agar cinta berakar kuat di dasar sanubari. Boleh rindu, boleh cemburu. Apabila konjungsi koordinatif kita buang maka alir makna akan tersendat. Bahkan, macet!
Ilustrasi: Khrisna Pabichara
Pernak-pernik Konjungsi Koordinatif
Barangkali sempat terbetik pertanyaan di benak kalian tentang jenis-jenis konjungsi koordinatif dan kapan kita harus menggunakannya. Baiklah, seruput minuman kalian dulu. Rileks saja, Sobat. Konjungsi koordinatif berfungsi sebagai kata penghubung untuk dua unsur atau lebih yang memiliki status sintaksis yang sama.
Bagaimana dengan posisi atau letak konjungsi koordinatif? Ada beberapa alternatif posisi, yakni (a) di dalam kalimat dengan posisi setelah tanda koma, (b) di dalam kalimat tanpa didahului tanda koma, (c) di awal kalimat yang diikuti tanda koma, dan (d) di awal kalimat tanpa diikuti tanda koma.
Lantas, bagaimana dengan faedahnya? Tenang, Sob. Supaya lebih akrab, berikut ini saya babar faedah konjungsi koordinatif.
Pertama, menandai hubungan penambahan. Kata sambung yang tergolong penanda hubungan penambahan adalah dan, dengan, serta. Contoh: (5) Dia mencintai aku dan kamu; (6) Mantanku dengan anaknya sedang bermain di taman; dan (7) Kakek serta nenek menceramahi aku tentang cinta segitiga.
Konjungsi koordinatif dengan dan serta merupakan varian konjungsi dan, tetapi tidak serta-merta dapat dipertukarkan. Sobat, konjungsi dan digunakan (a) di antara dua kata benda, (b) di antara dua kata kerja, serta (c) di antara dua kata sifat yang tidak bertentangan.
Perhatikan contoh kalimat berikut:Â
(8) Kamu dan dia telah menyakiti hatiku;Â
(9) Kalian makan dan minum di kafe, sedangkan aku makan hati dan minum air mata di kamarku; sertaÂ
(10) Kamu cantik dan anggun.
Bagaimana jika dua kata sifat yang dihubungkan itu bertentangan? Jika hal itu terjadi, kata atau frasa yang dihubungkan harus berfungsi sebagai subjek. Contoh: (11) Kaya dan miskin sama saja di hadapan Tuhan.
Apa yang mesti kita lakukan apabila kata atau frasa yang dihubungkan lebih dari dua? Mudah. Letakkan dan atau serta di antara kata atau frasa kedua dengan didahului tanda koma. Perhatikan:Â (12) Aku, kamu, dan dia sama-sama punya harapan.
Kedua, menandai hubungan pemilihan. Konjungsi koordinatif yang termasuk penanda hubungan pemilihan hanya ada satu, yakni atau. Perhatikan, Sobat, letaknya di antara dua kata yang jadi pilihan. Jika pilihannya lebih dari dua, konjungsi atau diletakkan di antara dua pilihan terakhir dengan posisi di belakang tanda koma.
Silakan simak contoh ini:Â
(13) Ditinggalkan atau meninggalkan sama-sama menghasilkan luka;Â
(14) Roti atau kue pasti kulahap jua;Â
(15) Cantik atau jelek tidak jadi soal, sebab aku hanya ingin ada yang mencintaiku; danÂ
(16) Kamu mau minum teh, kopi, atau air mata?
Pada contoh (13), konjungsi atau mengoordinasikan dua kata kerja. Selanjutnya, konjungsi atau juga menghubungkan dua kata benda pada contoh (14) dan dua kata sifat seperti dalam contoh (15). Adapun pada contoh (16), konjungsi atau menghubungkan tiga pilihan dengan posisi di antara pilihan kedua dan ketiga.
Khusus untuk konjungsi dan serta atau dapat digunakan secara bersamaan. Kenapa? Hal itu bisa saja terjadi apabila kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan mengandung hubungan penambahan sekaligus pemilihan.
Misalnya: (17) Jika pada suatu waktu kamu meninggalkan dan/atau melupakan aku maka aku dapat menuntut kamu di Mahkamah Cinta. Kata meninggalkan dan melupakan dalam contoh (17) dapat menjadi hubungan penambahan atau pemilihan.
Sebelum Sekuel Keempat
Seperti tertera pada infografis di atas, masih ada empat konjungsi koordinatif yang belum kita obrolkan. Apa hendak dikata hingga kalimat ini jumlah sudah hampir mencapai 1000 kata. Akan tetapi, kalian tidak usah cemas karena pekan depan akan kita obrolkan lagi.
Sebelum kalian meninggalkan artikel ini, jangan lupa mengeklik dua sekuel sebelumnya. Itu jika kalian belum membaca dua artikel terdahulu.
- Kompasianer yang Keteteran dan Kata Sambung yang Kelupaan.Â
- Skripsi Penuh Coretan, Artikel Berantakan, dan Konjungsi Korelatif yang Belang-betong.Â
Sekali lagi saya memohon maaf karena telat mengagihkan artikel ini kepada kalian. Maklumlah, penulis termasuk barisan umat yang kelimpungan mencari uang demi bertahan hidup pada masa pagebluk ini.
Terima kasih sudah membaca artikel ini. Jangan ingat, Senin pekan depan kita bersua lagi guna mengulas konjungsi koordinatif yang masih tertunda. Salam takzim, Sobat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H