Ciri-ciri konjungsi korelatif tidak ruwet, yakni (1) terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan; dan (2) cenderung bersifat baku, idiomatis, dan standar sehingga tidak dapat diubah atau dimodifikasi.
Unsur-unsur konjungsi korelatif harus hadir bersamaan dalam satu kalimat. Sekali lagi, pasangannya tetap. Jangan ditukar-tukar atau dicopot-pasang sekehendak hati. Simak contoh di bawah ini.
- Apa kamu suka atau tidak, aku tetap mencintaimu.
- Bukan dia yang suka, melainkan aku yang cinta mati kepadamu.
- Lebih baik kauterima terima cintaku daripada kauletih menolak berkali-kali.
Pasangan "apa" dalam contoh (1) adalah "atau", konco "bukan" pada contoh (2) adalah "melainkan", sedangkan kolega "lebih" dalam contoh (3) adalah "daripada". Itu baku. Jadi, mulai sekarang jauhilah kebiasaan buruk memisahkan pasangan yang sudah ajek.
Apabila kamu main pisah-pisah sesuka hati maka bangunan makna kalimat akan ambrol. Dospem pun bertambah pekerjaannya karena harus coret sana coret sini. Mestinya sekali revisi, akhirnya berkali-kali. Waktu dospem tersita dan, tentu saja, hal itu bisa membuat dospem berang.
Kaidah pertama yang harus kamu patuhi adalah tidak main bongkar pasangan. Itu saja dulu. Ingat, Kawan, kita saja mengamuk kalau ada orang lain yang coba-coba mengembat pasangan kita. Ah, maaf, itu amsal yang kocak. Abaikan saja.
Supaya otakmu melek dan dapat mengenali macam-macam konjungsi korelatif, berikut ini saya hidangkan tabel siap santap. Silakan gunakan sebagai bekal sepanjang menempuh jalan berliku menyusun skripsi atau menulis artikel.Â
Sisik-melik Konjungsi Korelatif
Jika skripsimu dicorat-coret oleh dospem, tidak usah bermuram durja. Anggap saja hal itu sebagai latihan untuk mengasah kecerdasan gramatikal. Sisir ulang skripsi atau artikel yang kamu anggit sejak kalimat pembuka hingga alinea penutup.
Perhatikan dengan saksama jangan-jangan masih ada kalimat yang tidak padu. Periksa baik-baik sebelum kamu serahkan kepada dospem atau agihkan kepada pembaca. Revisi hingga berkali-kali memang tidak sakit, tetapi memalukan. Persis jatuh ke comberan: sakit tidak seberapa, malunya bukan kepalang.
Ada satu hal sederhana yang patut kita camkan. Kepaduan. Tingkat keterbacaan dan keterpahaman skripsi atau artikel kita sangat ditentukan oleh kepaduan bentuk (kohesi) dan kepaduan makna (koherensi). Kepaduan itu bisa terwujud apabila kita sudah ahli menggunakan konjungsi.
Sampai di sini sudah bingung? O, baiklah. Ada beberapa contoh penggunaan konjungsi korelatif yang dapat saya sodorkan.Â
- Apakah kamu percaya atau tidak, virus korona memang benar-benar ada.
- Baik Pemerintah maupun DPR harus mendahulukan kepentingan rakyat.
Kalimat (1) menegaskan bahwa percaya atau tidak percaya virus korona memang ada. Fungsi konjungsi korelatif pada kalimat itu adalah memperjelas 'hubungan perlawanan yang menyatakan penegasan'.