Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kompasianer yang Keteteran dan Kata Sambung yang Kelupaan

14 Juli 2020   22:51 Diperbarui: 18 Juli 2020   15:54 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seberapa hebat sebenarnya tulisan yang diagihkan oleh para Kompasianer di Kompasiana? Jika ukurannya tingkat keterbacaan, saya berani menyatakan bahwa banyak Kompasianer yang berhak diajukan ke barisan narablog keren. Betapa tidak, ada beberapa artikel di Kompasiana yang dikerubuti oleh puluhan ribu pembaca. Meski begitu, tidak semua genre tulisan dan Kompasianer di Kompasiana bernasib semujur itu.

Akan hal kualitas tulisan, saya tidak dapat menilai secara serius. Apalagi mempertanggungjawabkannya secara ilmiah. Beda halnya jika penilaian itu saya lakukan serampangan atau asal-asalan, saya dapat secepat kilat melihat lubang atau borok satu tulisan. Cukup dengan menilik keterpenuhan aspek gramatikal, ketercapaian gagasan, dan keterserapan pesan. Namun, satu tulisan jelas tidak mewakili keseluruhan tulisan yang terpajang di blog keroyokan ini.

Dalam pada itu, saya mesti memenuhi janji saya kepada kolega Kompasianer. Bagaimanapun, saya sudah melontarkan kritik tentang betapa banyak Kompasianer yang keteteran menguraikan gagasan dan memburaikan pesan. Tulisan seperti mobil tua yang mulai empot-empotan dan enjot-enjotan. 

Beberapa Kompasianer seperti bocah penasaran yang ingin pamer ketangkasan bersepeda, padahal angkat ban pun belum becus. Maaf, saya tidak bermaksud menghina atau mengkritik dengan kasar. Sungguh, saya tidak berniat seperti itu.

Lagi pula, kebanyakan di antara kita menulis di Kompasiana bukan untuk maksud yang serius-serius banget. Ada yang sekadar ingin merintang waktu, ada yang sebatas menuang keluh, ada yang semacam mengasah otak belaka agar tidak terserang demensia. Meski begitu, ada juga yang bersungguh-sungguh menulis sampai-sampai bakbikbuk cari rujukan sebagai bahan pengaya gagasan.

Mohon maaf, saya tidak akan menyebut nama sebagai contoh soal. Kita semua tentu bisa bercakap-cakap dengan hati sendiri terkait apa topik yang akan saya kupas, apa tujuan saya memilih topik tersebut, siapa yang akan membaca tulisan saya, bagaimana bentuk tulisan yang saya pilih, dan dari mana materi pengaya gagasan bisa saya dapatkan. Atau, jangan-jangan kita termasuk kaum masokis yang menyiksa diri sendiri: menulis saja tanpa jelas bingkai tema yang akan kita babar.

Sah-sah saja jika Anda tergolong kawanan yang berlindung di balik semak "tiba masa tiba akal". Selama Anda punya kecerdasan gramatikal, mampu menguras gudang kosakata di kepala, serta mahir merangkai kata, frasa, klausa, kalimat, dan alinea, Anda tidak perlu cemas akan berakhir di gang buntu. Beda halnya jika kecerdasan gramatikal Anda bahkan tidak mencapai cukup, boleh jadi ide yang melintas saat Anda berak di kakus mendadak hilang begitu Anda menyentuh laptop.

Nah, itulah gunanya Anda membaca tulisan receh ini. Selamat bertualang!

Faedah Kata Sambung Intrakalimat

Dalam satu kalimat, kita harus pintar-pintar memilih dan merangkai kata. Misal kita ingin bercerita tentang ingatan atas mantan saat bersandar di tembok kosan. Ini kosakata kita: dinding, kamu, kita, tahukah, perasaan, begitu, bersisian, kesepian. Contoh hasil: Tahukah kamu bagaimana perasaan dinding, yang begitu kesepian, karena kita tidak pernah lagi bersisian dan bersandar kepadanya?

Kata yang saya cetak tebal adalah konjungsi atau kata sambung atau kata penghubung. Kata-kata itu menjadi jembatan tempat makna dan pesan menyeberang dari kata ke kata. Konjungsi itu berada dalam satu kalimat. Itu sebabnya disebut konjungsi intrakalimat. 

Tanpa kehadiran konjungsi, kiriman makna dan pesan dari penulis kepada pembaca akan sulit terjadi. Apabila Anda jago menata kata sambung, jaka sembung tidak nyambung pasti terhindarkan.

Bagaimana kalau Anda tidak mahir menggunakan kata sambung? Tidak perlu panik. Dari SD hingga SMA kita dijajah pilihan ganda, tidak heran kalau kita terbiasa memilih apa yang terbaca oleh mata saja. Bahkan mungkin saja kita kedodoran jika ditodong pertanyaan tentang perbedaan dan dengan atau. Padahal, sederhana. Dan menandai 'hubungan penambahan', sementara atau menandai 'hubungan pemilihan'.

  1. Kamu dan aku saling meninggalkan, kenangan dan harapan saling menanggalkan.
  2. Kamu atau aku yang pergi, kita hanya bisa menjadi kenangan.

Kamu dan aku dalam contoh (1) dan (2) memiliki status sintaksis yang sama. Nah, kata sambung dan serta aku menjadi jembatan koordinasi yang menghubungkan kamu dengan aku. Istilah linguistiknya, konjungsi koordinatif. Selain itu ada pula konjungsi atau. Fungsinya menandai 'hubungan perlawanan dalam satu kalimat'.

  1. Kamu berkali-kali meninggalkan aku, tetapi kamu pasti berkali-kali pula kembali kepadaku.
  2. Tetapi yang pergi akan mengenal apa makna kembali.
  3. Akan tetapi, yang pergi akan mengenal apa makna kembali.

Ingat, tetapi digunakan sebagai konjungsi intrakalimat. Ia bukan konjungsi antarkalimat. Letaknya selalu di belakang tanda koma. Dengan demikian, contoh (2) tidak berterima. Jika kita bersikeras menggunakan tetapi sebagai penghubung antarkalimat, ia mesti didahului oleh kata akan. Lihat contoh (3).

Apabila dan dengan atau lebih dari dua pilihan, keduanya diletakkan pada butir pilihan terakhir setelah didahului tanda koma. Ada beberapa kata sambung intrakalimat yang mesti didahului oleh tanda koma. Silakan tilik tangkapan layar berikut.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Manfaat Kata Sambung Antarkalimat

Sekarang kita singkap seluk-beluk konjungsi antarkalimat. O ya, kita sisir pengertian dasarnya dulu. Konjungsi antarkalimat berarti konjungsi atau kata penghubung yang kita gunakan untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain. Tanpa kehadiran konjungsi antarkalimat, bisa-bisa tiap kalimat berdiri sendiri. Kaku. Egois. Tidak bertautan.

Jika Anda ingin menghubungkan sekaligus mempertentangkan satu kalimat dengan kalimat berikutnya, Anda bisa menggunakan namun dan akan tetapi. Kalimat pertama berisi pernyataan; kalimat kedua berisi penentangan. Jika Anda ingin menggabungkan sekaligus menegaskan, Anda dapat menggunakan lagi pula. Jika Anda mau menggabungkan sekaligus menguatkan, silakan memakai apalagi. O ya, apalagi bisa digunakan sebagai konjungsi antarkalimat dan intrakalimat.

  1. Aku begitu rindu kepadanya. Namun, dia sama sekali tidak peduli.
  2. Aku hanya ingin melihatmu dari kejauhan. Akan tetapi, aku tidak tahu di mana hal itu bisa kulakukan.
  3. Saya tidak akan menghadiri pesta pernikahanmu. Lagi pula, saya tidak diundang.
  4. Kamu saja berduka setelah berpisah dengan aku. Apalagi aku!

Jika kita mau jujur, masih banyak rekan Kompasianer yang keteteran menggunakan kata sambung namun. Banyak yang menggunakan konjungsi itu sebagai penghubung intrakalimat, padahal fungsinya penghubung antarkalimat. Intrakalimat berarti di dalam kalimat, sementara antarkalimat berarti dari satu kalimat ke kalimat lain dalam satu paragraf.

Silakan tilik bidikan layar gawai saya di bawah ini untuk mengetahui konjungsi antarkalimat.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Pada Akhirnya ...

Cobalah bereksperimen menggunakan kata-kata sambung itu ke dalam kalimat. Asah terus hingga Anda mahir. Biar Anda tidak ngos-ngosan saat menulis. Biar Anda tidak macet di tengah hamburan ide. Rasakan betapa lancar aliran ide kita manakala konjungsi kita kuasai.

Bagaimana dengan kata sambung antarkalimat yang tidak diikuti tanda koma? Sabar, Bray. Tunggu sekuel artikel ini. Semoga berguna. [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun