Di depan jurnalis, Pak Prabowo mengeluarkan pernyataan yang tak elok di telinga dan tak sedap di hati. Beliau sebarkan kabar tentang pilihan politik Ibu Ani, yakni memilih beliau pada Pilpres 2014 dan 2019. Sesuatu yang mestinya diperam malah diumbar. Salah waktu dan salah tempat pula.Â
Pernyataan Pak Prabowo dapat disimak dalam video berikut.Â
Itulah penyebabnya. Sejatinya, rasa kemanusiaan berada di atas kepentingan politik. Ini tidak. Beliau keliru tempat untuk mengeluarkan pernyataan politik karena ia lakukan di rumah duka. Beliau keliru waktu karena ia umumkan ketika sedang melayat. Isi pernyataannya pun tidak simpatik karena menyangkut pilihan politik mendiang.
Sebenarnya banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional Pak Prabowo agak kurang memadai untuk mengikuti pertarungan politik tingkat tinggi. Pengalaman adalah guru terbaik tidak berlaku bagi beliau.Â
Mari kita tilik sedikit fakta. Kecerdasan emosional meniscayakan ketenangan dalam membaca situasi. Faktanya, beliau ajak pemilihnya menolak hasil pemilu. Kemudian meminta pendukungnya mendelegitimasi penyelenggara pemilu. Belum cukup, beliau serukan kecurangan. Beliau siap menang, tetapi tidak siap kalah. Pendek kata, terlalu panjang kalau mau dirunut satu demi satu.
Sekarang kita kembali ke Puri Cikeas. Tidak berselang lama setelah Pak Prabowo berfatwa, hanya berseling beberapa menit, tuan rumah berdiri di depan jurnalis. Pak SBY memperlihatkan kematangan emosinya. Beliau meminta kepada wartawan supaya mengabaikan pernyataan Pak Prabowo.Â
Beliau beberapa kali terlihat memegang dada, seakan isyarat bahwa semua yang beliau tuturkan berasal dari hati.
Menakar Kecerdasan Emosional
Terlepas dari permintaan Pak SBY supaya jurnalis tidak menggaungkan pernyataan politik Pak Prabowo, ada satu hal yang membuat saya salut kepada wartawan.Â
Kabar tersebut memang harus disampaikan kepada publik, sebab publik berhak mengetahui apa yang terjadi. Ini tidak meledek Pak Prabowo. Bagaimanapun, pemilu adalah bagian dari pendidikan politik. Siapa saja yang berniat terjun ke dunia politik harus punya kecerdasan emosional yang mumpuni.
Blunder Pak Prabowo merupakan cermin bagi elite atau politikus lainnya, juga bagi calon elite atau calon politikus. Mereka butuh cermin agar kejadian serupa tidak terulang, serta demi mematangkan kedewasaan berpolitik mereka.