Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pernak-Pernik Infografis

22 Maret 2019   13:38 Diperbarui: 22 Maret 2019   14:57 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernak-pernik Infografis [Diolah di PowerPoint/Dokpri]

Zaman digital terus berkembang. Aroma digital kian sengit sehingga hampir merambah seluruh aspek kehidupan, termasuk dunia tulis-menulis. Bahkan, tulisan ringan dan ringkas pun kini butuh sentuhan hangat digital.

Ambil contoh sederhana, tulisan berupa berita di media daring. Beberapa portal berita malahan memiliki vektor khusus sebagai maskot. Bukan hanya itu. Tampilan berita tidak lagi sekadar jajaran huruf dan deretan foto, tetapi disertai data yang disajikan dalam bentuk infografis.

Sebagai penyuka data dan penggemar statistik, selain penyuka rindu dan pemuja sendu, saya termasuk orang yang benar-benar kecantol pada tetek bengek infografis. Padahal, saya tidak fasih dalam mematut-matut ilustrasi di program pengolah gambar seperti Photoshop, Corel Draw, dan yang serumpun dengan itu. Pendek kata, sebenarnya saya tunarupa karena menghafal nama-nama warna saja keteteran.

Kalau kalian pernah atau sering bertandang ke tulisan saya, belakangan ini infografis rajin bertengger di dalam artikel saya. Sebenarnya tidak ujuk-ujuk suka juga, sebab saya memang sudah menyukai data sejak kuda masih berkacamata. 

Setidaknya ada tiga alasan sederhana yang membuat saya terjebak manis di dunia infografis. Pertama, menarik. Data yang ribet, rumit, dan ruwet ternyata dapat ditampilkan dengan ringkas lewat infografis. Pembaca jadi lebih nyaman melahap suguhan data.

Kedua, menyenangkan. Visualisasi informasi dalam bentuk grafis laksana bermain gundu di halaman dan menang berkali-kali. Saya bermain-main dengan angka tanpa harus mengernyitkan kening. Apalagi tampilannya yang diselingi gambar, disarikan warna-warni, dan memikat hati.

Ketiga, memikat. Saya acap membaca laporan yang direcoki banyak data dan dihidangkan dengan beruntun kalimat seadanya. Itu sungguh membosankan. Tak ayal, susah diingat. Di sinilah keunggulan infografis, mudah diingat karena sajiannya langsung lekat dan rekat di batok kepala.

Itulah tiga alasan mengapa saya menyukai infografis. Saking kesengsem, saya menyimpan banyak infografis di laptop. Jenis informasinya pun beragam. Dari dunia bahasa ke dunia bahaya. Dari sejarah hingga kuliner. Dari yang berbau duniawi hingga yang beraroma ukhrawi. Pokoknya, gas pol.

Kalian tentu tahu apa dampak jatuh cinta. Begitulah yang saya alami. Manakala hati saya tersungkur di hadapan cinta, akan saya ulik segala-gala tentang yang saya cintai. Infografis pun begitu. Masalah terbesar saya adalah bahwa saya tidak menguasai program atau aplikasi pengolah gambar. Tolong jangan bilang siapa-siapa, ya, ini rahasia besar saya.

Maka dari itu, saya pelajarilah aplikasi Canva untuk beraksi di ponsel. Nofrizal Reza Pahlawan gara-garanya. Suatu ketika ia mengeposkan kutipan menarik dari novel saya, Cinta yang Diacuhkan, dan rasa-rasanya saya juga bisa membuat tampilan kutipan sedemikian. Alhasil, sekarang saya merasa lebih mahir mengeksplorasi Canva dibanding suhu saya tersebut.

Setahun lalu saya bertemu dengan Adhi Nugroho. Saya suka membaca tulisan-tulisannya. Selain karena caranya memaparkan gagasan, juga lantaran kemampuannya menggubah infografis. Ketika saya menanyakan ia memakai aplikasi apa, saya tercengang-cengang. Ia menggunakan PowerPoint. 

Keruan saya terjelengar. Bukan apa-apa, sehari-hari saya akrab dengan program untuk presentasi itu.

Saya lantas menceburkan diri ke dunia sekolah lagi. Saya sisir informasi tentang mengolah infografis di PowerPoint. Hasilnya, beberapa infografis yang tersuguh dalam tulisan saya di Kompasiana adalah buah yang saya petik dari pohon bernama PowerPoint. Perihal bagaimana mengolah infografis di PowerPoint akan saya sajikan belakangan.

Mari kita kembali pada perkara infografis. Tolong tengok sajian berikut.

Keunggulan Infografis [Diolah di my.visme.co/Dokpri)
Keunggulan Infografis [Diolah di my.visme.co/Dokpri)
Ketika saya hendak merancang sebuah infografis, ada tiga perkara yang saya dahulukan. Pertama, memastikan data. Ini penting untuk menghasilkan infografis yang menarik dan informatif. Setelah memastikan data apa yang akan saya jorongkan ke dalam konten infografis, saya akan memilih vektor, ikon, atau gambar pendukung yang memikat. 

O ya, ada banyak laman di internet yang menyediakan vektor gratis atau berbayar. Informasi lengkapnya akan saya hidangkan kepada kalian lewat artikel berbeda, yakni Meracik Infografis Memikat di PowerPoint.

Kedua, memastikan pengolahannya. Tersebab saya sudah mengenali tiga aplikasi, saya tinggal memilih mana yang akan saya gunakan untuk meramu infografis. Jika sedang di kereta biasanya saya menggunakan Canva. Kalau sedang santai di rumah biasanya saya membuka situs my.visme.co. Selagi butuh waktu lebih serius tanpa menelan banyak kuota biasanya saya menggunakan PowerPoint.

Jika kalian ingin melakukan hal serupa, intinya bukanlah harus di tiga aplikasi di atas. Hal paling mendasar adalah menguasai program pengolah gambar yang akan digunakan. Jadi, kalau kalian piawai melukis dan mau menaja infografis lewat lukisan, ya, sah-sah saja. Tinggal diubah format gambarnya lalu diagihkan atau disodorkan kepada pembaca.

Ketiga, memastikan keakuratan data. Ini penting bagi penyuguh infografis karena akan berpengaruh pada kredibilitas. Mungkin kalian ingat kasus pelintiran pernyataan salah seorang Cawapres oleh Tirto.ID beberapa hari lalu. Memang hanya lewat meme, tetapi mestinya kita menyadari bahwa meme juga bagian dari informasi yang disuguhkan lewat grafis.

Dengan kata lain, saya hanya ingin mengingatkan bahwa akurasi data sangat diperlukan dalam meracik infografis.

Selanjutnya, ayo bergeser sedikit ke perkara anatomi infografis. Sejatinya, infografis bukan sekadar sajian data visual, melainkan seni mengutarakan gagasan. Mohon kalian tengok infografis berikut.

Anatomi Infografis [Diolah di: my.visme.co/Dokpri]
Anatomi Infografis [Diolah di: my.visme.co/Dokpri]
 

Apa saja yang mesti kita cermati dalam menaja infografis? Tidak banyak, kok, hanya lima perkara. 

Pertama, judul. Ingatlah selalu bahwa judul ibarat kepala bagi infografis. Rambutnya harus tersisir rapi, tidak berhias ketombe, dan jauh dari bau apak akibat tersulut terik matahari. Judul mesti mengandung materi infografis, menggelitik, dan memikat.

Kedua, isi. Canangkan di dalam benak bahwa informasi yang hendak kita sampaikan memang dibutuhkan oleh pembaca. Dengan kata lain, ada faedahnya. Lumrahnya, konten utama kita terakan di bawah judul. Cantumkan kalimat pengikat yang berpotensi membetot pikiran pembaca. 

Ketiga, tampilan. Ingat selalu bahwa keunggulan infografis adalah karena data atau informasi disajikan dalam bentuk grafis. Dengan demikian, takar dengan cermat komponen-komponen penunjangnya. 

Keempat, hierarki data. Tatkala menata posisi data, perhatikan hierarkinya. Jika disusun secara vertikal maka data utama berada paling atas. Kalau ditata secara horisontal maka data utama diletakkan di posisi sebelah kiri. Saya pernah membalikkan posisinya, data utama berada paling bawah, dan ada pembaca yang memprotes. Hiks!

Kelima, sumber. Jangan lupa cantumkan sumber data. Jika infografis yang kalian buat merupakan bagian dari sebuah artikel, berarti judul artikelnya mesti disebutkan. Jika data tersebut kalian petik dari institusi tertentu maka sebutkanlah sumbernya. Apabila vektor atau penunjang lain yang kalian gunakan diambil dari laman penyedia vektor, harus dihargai sumbernya. 

Begitulah. Mempersiapkan sebuah infografis sebenarnya bukanlah perkara sepele. Butuh kecermatan "seorang penyidik" untuk menemukan data menarik; butuh ketelitian "seorang analis" guna membaca data; butuh kesungguhan "seorang pelukis" untuk menghasilkan komposisi yang apik; serta butuh ketelatenan "seorang penulis" buat menyaring kata yang akan dicantumkan.

Pada mulanya saya juga terbata-bata. Tidak langsung fasih, bahkan hingga sekarang masih tergagap-gagap. Tulisan ini sebenarnya saya tujukan bagi diri sendiri, tetapi dapat pula kalian jadikan sekadar bacaan penghibur. Setidaknya penghibur diri bagi siapa saja yang senasib dengan saya: tidak ada jago-jagonya dalam mengolah infografis.

Jangan terlalu serius. Seruput kopi dan silakan nikmati sajian penutup di bawah ini.

Pernak-pernik Infografis [Diolah di: my.visme.co/Dokpri]
Pernak-pernik Infografis [Diolah di: my.visme.co/Dokpri]
Itulah tiga hal yang perlu teman-teman perhatikan ketika berhasrat menaja infografis. Tidak banyak. Hanya tiga. Tentu saja saya dapat mengudar tiga hal tersebut, tetapi infografis di atas sudah cukup berbicara. [khrisna]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun