Kampanye hitam berikutnya adalah tuduhan terselubung sebagai musuh Islam. Tentu saja ini terselubung karena pihak penyebar kabar miring ini tidak bernyali juga untuk menyerang secara terang-terangan. Kalaupun dilakukan secara terbuka, paling-paling lewat media sosial. Berikut perincian isunya.
Pertama, azan akan dilarang. Sepertinya penebar gosip receh ini lupa bahwa pasangan Pak Jokowi adalah seorang kiai. Tidak masuk akal apabila seorang kiai manut begitu saja apabila nanti larangaan azan diberlakukan. Lagi pula, Pak Jokowi sendiri seorang muslim. Beliau pasti tahu pentingnya azan, jadi mustahil akan beliau larang.
Kedua, kriminalisasi ulama. Bagian ini termasuk kampanye hitam karena secara nyata menuding Paslon 01 sebagai pelaku pengkriminalan ulama. Pertanyaan sederhana yang bisa kita kemukakan: ulama mana yang sudah dikriminalkan oleh Pak Jokowi? Kita bisa temukan sendiri jawaban atas alasan mengapa seorang ulama "dipolisikan".
Ketiga, pelajaran agama dihapus. Ketakutan ini sungguh tidak masuk akal. Pelajaran agama sangat kita butuhkan, baik sebagai bekal menempuh hidup bermasyarakat maupun bernegara. Perkara hasilnya masih belum memuaskan, semisal banyaknya gejala "tahanan KPK yang mendadak berhijab atau berpeci", itu perkara berbeda.
Keempat, perkawinan sejenis. Tentu saja kampanye hitam ini mudah ditangkal atau disangkal. Undang-undang yang mengatur tentang seluk-beluk perkawinan merupakan hasil kerja sama antara eksekutif dan legislatif.
Begitulah sedikit dari banyak materi kampanye hitam yang digunakan pihak tertentu untuk menyerang Paslon 01. Namun, kampanye hitam yang paling gencar disebar adalah bagian ketiga, yakni tudingan sebagai musuh Islam.
Kampanye hitam pada bagian ini terkait dengan politik identitas. Lebih menukik lagi, terpaut dengan pengakuan merasa paling Islam atau paling merasa Islam. Sederhananya begini, mendukung Pak Jokowi berarti membela Paslon yang sangat berpotensi mengancam keselamatan Islam.
Sejatinya, Tuhan memang menerbitkan rasa takut di dalam dada manusia. Akan tetapi, rasa takut itu seharusnya semacam rambu-rambu saja agar kita lebih waspada dan tidak sembrono.
Lebih daripada itu, mestinya kita juga lebih berhati-hati sebelum ikut serta menyebar dan menebar kampanye hitam. Bukan apa-apa, kampanye hitam tiada berbeda dengan fitnah. Bukankah fitnah lebih kejam daripada membunuh?
Meski begitu, tulisan semacam ini tidak akan berbekas apa-apa. Pelaku kampanye hitam akan terus bertumbuh dan bertambah. Selalu ada lelaki-perempuan atau tua-muda yang merelakan dirinya menjadi penyebar kampanye hitam.