Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Lima Resep Murah Merawat Kesehatan Otak

31 Oktober 2018   10:32 Diperbarui: 31 Oktober 2018   22:31 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bram menepuk jidat. Seseorang cengar-cengir di depannya. Ia ingat wajah, tetapi lupa nama. Pikirannya rongseng. Mati-matian ia paksa otaknya agar membuka rak ingatan, tetapi hasilnya nihil. Usia masih muda, namun sudah dikuasai lupa.

Rona menggerunyam. Sudah seperempat jam colang-caling atau mondar-mandir di dapur, tetapi toples gula yang dia cari belum juga terlihat. Padahal Bram, suaminya, sudah nyinyir alias mengulang-ulang perintah agar segera diseduhkan kopi.

Pak Sulak, tetangga Bram, makin sepuh. Sebulan lagi umurnya 78 tahun. Akan tetapi, otaknya seolah-olah masih sangat muda. Beliau ingat nama cucu-cucunya, tahu keusilan dan kejenakaan mereka, hafal mana yang cengeng dan mana yang getol main ponsel, bahkan di mana mereka sekolah pun beliau ingat. Otak beliau aman dari serangan lupa.

Pak Legi, tetangga Bram juga, teman sepermainan Pak Sulak semasa remaja. Saban keluar rumah, beliau selalu memakai gelang dan kalung khusus. Sudah beberapa kali putranya berurusan dengan polisi gara-gara beliau lupa alamat rumah dan sering tersesat di jalan yang beliau lewati setiap hari.

Nasib Bram dan Rona bisa menimpa siapa saja. Lupa tidak kenal usia. Mau muda mau tua semuanya dapat dijangkiti lupa. Pak Legi terkena demensia. Kemampuan otak beliau untuk menjalankan fungsi luhur menurun drastis sehingga linglung dan limpung mencari jalan pulang. Kalian juga bisa mengalaminya.

Lain lubuk lain ikan. Pak Sulak punya perisai keren buat menahan gempuran demensia. Beliau punya resep sederhana buat melawan lupa. Resep itu sebenarnya mudah dan murah. Bram bisa melakukannya, Rona mampu mengerjakannya, Pak Legi juga tidak akan kepayahan menjalankannya.

Jangan tuding Pak Sulak pelik berbagi. Beliau doyan mengajak orang-orang di sekitarnya agar gemar membaca. Sayang, tetangganya lebih getol menggauli gawai daripada membuka buku, koran, atau majalah. Alih-alih pujian, tetangganya justru diam-diam mengirim cibiran.

Anjuran gemar membaca juga beliau serukan kepada Bram dan Rona. Hanya saja, tidak diindahkan. Keduanya paham bahwa demensia memang beda dengan lupa. Namun, mereka tidak tahu demensia bukan mutlak milik orang tua.

Belakangan, daya ingat Bram menurun. Ia mulai kehilangan minat main futsal, sulit menilai orang dengan benar, kadang berhenti saat berbicara karena bingung hendak berkata apa, berlari ke halaman dan berdiri nanap di sana sebab tidak ingat apa yang hendak ia lakukan, sukar fokus kala mengerjakan sesuatu, bahkan pernah mengunci mobil padahal anaknya tertidur di jok belakang.

Gejala demensia yang dialami Bram kian parah. Ia suka mengulang-ulang perintah atau cerita yang sama, sehingga anak-anaknya jengkel dan dongkol. Ia mulai meletakkan barang tidak pada tempatnya. Sepatu ditaruh di kandang kucing. Kacamata disimpan di kulkas.

Sudahlah. Sekarang kita hentikan membahas derita Bram. Lebh baik kita bincangkan resep sederhana Pak Sulak dalam melawan lupa dan menolak demensia. Itu jauh lebih berguna daripada menghabiskan waktu buat membicarakan kesengsaraan Rona atau Pak Legi.

Mengapa proses degeneratif atau penurunan kemampuan otak Pak Sulak melambat? Karena otak beliau sehat. Mengapa otak beliau sehat? Karena beliau rajin membaca. Sesederhana itu. Tengok sejenak orang di sekitar kalian. Hitung berapa orang yang rajin membaca. Pasti bisa dihitung jari. Padahal membaca di zaman kiwari bukan perkara sukar. Tinggal buka gawai, apa saja bisa kita baca. Itu kalau kita malas membuka buku.

Gara-gara membaca, Pak Sulak tahu rahasia merawat otak. Gara-gara membaca, Pak Sulak tahu apa saja yang beliau harus lakukan supaya otaknya tetap sehat. Gara-gara membaca, Pak Sulak tahu bahwa kedatangan demensia dapat diperlambat.

Apa resep Pak Sulak sehingga otaknya masih sehat kala usianya sudah senja?

Pertama, pola makan yang sehat dan teratur. Beliau rajin mengonsumsi ikan, sebab ia tahu bahwa beberapa jenis ikan mengandung omega 3. Beliau doyan stroberi karena buah itu mengandung antioksidan tinggi yang penting bagi otak. Beliau suka bayam karena sayuran hijau itu mengandung vitamin C dan E yang penting untuk meningkatkan daya ingat.

Pak Sulak juga rutin minum teh dan kopi. Pagi teh, sore kopi. Kadang sebaliknya, suka-suka hatinya saja. Beliau tahu, kafein pada kopi dapat memperlambat penurunan fungsi otak dan bantuan teh dalam memproses informasi sangat mumpuni.

Kedua, aktivitas fisik rutin setiap hari. Pak Sulak suka menari. Kata orang Sunda, jojogetan. Setiap pagi beliau setel musik dan menari. Sentakan musik ia laraskan dengan goyangannya. Gerakan beliau selalu sama, karena menghafal gerakan itulah yang membuat otaknya tetap rutin bekerja.

Sebagian tetangga yang melihat aktivitas beliau mencibir. Tua-tua kok hobi menari. Pak Sulak cuek saja. Tidak apa-apa, asalkan orang lain tidak terganggu. Musik disetel seperlunya, asalkan gerakan tarinya tertata sesuai irama. Tidak perlu mahal-mahal untuk merawat otak, menari di kamar pun okelah.

Ketiga, mengelola stres dengan baik. Depresi bisa membahayakan keselamatan otak. Dalam takar tertentu dapat memperburuk keadaan. Jangankan otak, nyawa saja bisa melayang jika kita tidak sanggup mengelola depresi. Tidak bisa dimungkiri, ada sebagian di antara kita yang memilih bunuh diri sebagai solusi melepaskan diri dari belitan masalah. Pilihan dongok, kan?

Jikalau Pak Sulak galau, beliau tumpahkaan risau hati ke dalam tulisan. Kadang beliau sengaja memakai kosakata yang tidak lazim digunakan orang, semisal rongseng dan colang-caling dan dongok, sebab kosakata baru membantu ingatannya. Setelah menulis, stres beliau sirna dengan sendirinya.

Keempat, menikmati aktivitas sosial yang asyik dan menyenangkan. Beliau gemar berbaur dan tidak pilih kasih dengan siapa beliau bergaul. Ia berkumpul dengan sesama lansia buat menyimak tabiat insan seumurannya. Beliau bersyukur karena masih bisa menjadi penyimak yang baik.

Beliau juga suka mengumpulkan anak-anak, terutama cucu-cucunya, pada tiap akhir pekan. Ada saja dongeng yang beliau kisahkan. Anak-anak senang, beliau merasa tenang. Beliau paham, kebiasaan mempersiapkan dongeng sangat apik dalam menjaga kesinambungan aktivitas otak.

Kelima, sering mengasah otak. Beliau selalu terkakak-kakak, tertawa terbahak-bahak, setiap membaca kelakar tentang lelang otak dan otak termahal selalu otak orang Indonesia--karena jarang dipakai. Itu bukan lelucon, melainkan sindiran tajam atas kebiasaan kita membiarkan otak menganggur.

Pak Sulak tidak begitu. Ia sering nongkrong main catur di warung kopi di depan rumahnya. Beliau tahu, catur masuk dalam aktivitas asah otak. Kalau tiada lawan, ia mengisi teka-teki silang. Kalau jemu, ia membaca novel dan menandai kosakata baru yang belum ia ketahui artinya. Kadang ia iseng membuka kamus bahasa asing.

Itulah lima resep sederhana Pak Sulak dalam usahanya memperlambat proses degeneratif otak. Mudah dan murah. Hanya dengan membaca, beliau terhindar dari lupa akut dan demensia parah. Sungguh, beliau sering mengajak orang lain membaca. Sayang sekali ajakan beliau ditanggap angin lalu.

Sekarang saya sampaikan resep itu kepada kalian. Jangan remehkan dan recehkan kebiasaan membaca dan menulis. Mungkin kalian jarang mendapat manfaat langsung berupa uang atau keuntungan finansial, tetapi kalian akan menerima keuntungan jangka panjang jika melakukannya.

Sekarang terserah kalian. Mau memilih jalan hidup yang semenyedihkan nasib Bram atau semenyenangkan Pak Sulak? Terserah! []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun