Akhirnya Indonesia merasakan podium dan merayakan gelar juara.Â
Lupakan bahwa sebenarnya ada kemungkinan Indonesia bakal kalah jika pertandingan diteruskan. Lupakan kenyataan bahwa Raja Thailand menghentikan laga karena tidak ingin melihat kesebelasan yang kalah menangis dicocor nelangsa. Yang penting Garuda Muda sudah siaga bekerja keras untuk menekuk Burma.
Pesta sukacita atas gelar juara bertambah. Presiden RI, Sukarno, mengundang Garuda Muda untuk makan malam bersama. Saat itu beliau tengah melawat ke Negeri Gajah, Thailand. Beliau menepuk pundak para pemain Garuda Muda. Bagi pemain, bertemu Pak Presiden di meja makan merupakan peristiwa istimewa. Lebih istimewa lagi karena setiap pemain dilimpahi uang sebanyak 15 dolar AS.
Apresiasi Bung Karno layak diacungi jempol. Beliau sangat menghargai kerja keras. Beliau tahu betul pedih perih berjuang. Beliau menyerahkan hadiah sebelum keringat pemain kering.
Itulah satu-satunya gelar juara Piala AFC U-19 yang kita miliki. Baru satu, tetapi lebih mendingan daripada tidak pernah juara. Itulah hal manis ketiga yang patut kita kenang.
Sebenarnya sempat ada peluang menambah koleksi piala. Pada 1967, Garuda Muda masuk final melawan Israel. Ndilalah, timnas kita kalah 0-3. Tiga tahun kemudian, 1970, peluang menambah gelar kembali terentang. Sayang, Garuda Muda takluk di hadapan Myanmar dengan skor 0-3.Â
Masih tentang kenangan. Pada 1979, Garuda Muda pernah tampil di Piala Dunia FIFA U-20. Lupakan bahwa sebenarnya kala itu tim kesayangan rakyat Indonesia hanya pemeran pengganti. Mestinya Irak yang ikut Piala Dunia di Jepang, tetapi mereka mundur karena menolak tampil.
Kala itu, Piala Dunia tersebut disponsori oleh Coca Cola. Irak menutup hidung atas segala hal yang berbau Amerika Serikat. Semifinalis lain, Korea Utara dan Kuwait juga menolak ikut serta. Kedua negara itu memusuhi negara adikuasa dari benua Amerika. Tiga tim perempat final, yakni Iran, Arab Saudi, dan Bahrain juga menolak dengan alasan serupa. Selaku tim yang lolos ke perempat final, Indonesia berangkat ke Jepang.
Walau demikian, peristiwa itu bukal hal manis keempat yang patut kita kenang. Indonesia pulang ke tanah air dengan "keranjang gol penuh bola". Bayangkan, 16 gol bersarang di gawang kita. Lima gol dari Argentina pada laga perdana, enam gol dari Polandia pada laga kedua, dan lima gol dari Yugoslavia pada laga ketiga.
Kabar baiknya, kesebelasan kita masih mendapat gelar. Garuda Muda tercatat sebagai tim dengan jumlah kebobolan terbanyak. Torehan gelar itu belum terpecahkan hingga sekarang. Itu kenangan pahit sekaligus manis untuk dikenang. Walaupun pertama kali ikut Piala Dunia U-20 dan dijebol 16 gol bukan sesuatu yang keren untuk dikenang.
Kenangan pahit memang menyesakkan bila diingat-ingat. Jadi, lupakan saja bahwa kita kalah dari Argentina. Lupakan saja bahwa Garuda Muda bernah berhadapan dengan Maradona. Pada akhirnya, Argentina yang keluar sebagai juara.