Kamu kakak macam apa.
Jawaban Kaesang yang sungguh sengit itu seketika disambar netizen. Saya cengar-cengir mengulir layar gawai. Komentar warganet sungguh menyenangkan dan menegangkan.
Ada yang cemas rumahnya didatangi Paspampres--yang menyamar sebagai tukang nasi goreng dengan gerobak bakso dan radio panggil. Ada yang lagi-lagi menuduh Kaesang sebagai pengawal yang menyamar jadi anak presiden. Pendek kata: edan!
Perseteruan keluarga istana itu ternyata ampuh mengalihkan perhatian netizen dari ingar-bingar politik. Linikala yang panas akibat "percik api dari dua kubu" tiba-tiba adem dan menenangkan. Netizen, terutama generasi milenial, seperti besi dipikat magnet. Mereka ramai-ramai memanfaatkan momentum intim dengan anak presiden.
Bagi kubu petahana, humor segar ala Kaesang sangat menguntungkan. Publik merasa tidak berjarak dengan keluarga Pak Jokowi. Lagi pula, dua putra Pak Jokowi memang rakyat biasa. Satu tukang martabak, satu lagi tukang dagang pisang. Keintiman itu akan memengaruhi alam bawah sadar netizen. Mereka akan condong memilih yang terasa dekat, lewat figur Kaesang dan Jan Ethes.
Bagi kubu sebelah, tentu ini kabar tidak menyenangkan. Setengah mati mereka sasar anak-anak muda, ternyata Kaesang dan Jan Ethes lebih memesona. Mereka harus memeras otak untuk menangkal kampanye klandestin ala Kaesang. Harus dilawan. Jika tidak, bahaya.
Masalah besar di kubu sebelah adalah kendornya selera humor. Kampanye Fadli Zon lewat Potong Bebek Angsa malah menuai cibiran. Citra gaul ala Sandiaga, dengan kritik model guyon seperti ATM setipis tempe, justru memicu gaduh tak mengenakkan. Humor kubu sebelah cenderung garing. Kurang kekinian. Beda dengan humor ala Kaesang. Segar dan menyegarkan.
Generasi milenial, yang terang-terangan dijadikan target kampanye oleh kedua kubu, bisa-bisa condong ke kubu petahana. Sebaiknya kubu sebelah mengkaji strategi humor baru. Jangan begitu-begitu saja. Bagaimana caranya? Ya, itu urusan timses Pak Prabowo. Andaikan hari ini kita masuk ke bilik suara, besar kemungkinan sebagian kaum muda memilih paslon nomor satu.Â
Bagaimanapun, memilih Keluarga Cemara lebih mengasyikkan dibanding Keluarga Cemarah (cedikit-cedikit marah). []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H