Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kaesang, Jan Ethes, dan Selera Humor Netizen

22 Oktober 2018   16:21 Diperbarui: 23 Oktober 2018   14:46 2990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Akun Twitter @Chili_Pari

Sumber: Akun Twitter @Chili_Pari
Sumber: Akun Twitter @Chili_Pari

Kamu kakak macam apa.

Jawaban Kaesang yang sungguh sengit itu seketika disambar netizen. Saya cengar-cengir mengulir layar gawai. Komentar warganet sungguh menyenangkan dan menegangkan.

Ada yang cemas rumahnya didatangi Paspampres--yang menyamar sebagai tukang nasi goreng dengan gerobak bakso dan radio panggil. Ada yang lagi-lagi menuduh Kaesang sebagai pengawal yang menyamar jadi anak presiden. Pendek kata: edan!

Perseteruan keluarga istana itu ternyata ampuh mengalihkan perhatian netizen dari ingar-bingar politik. Linikala yang panas akibat "percik api dari dua kubu" tiba-tiba adem dan menenangkan. Netizen, terutama generasi milenial, seperti besi dipikat magnet. Mereka ramai-ramai memanfaatkan momentum intim dengan anak presiden.

Bagi kubu petahana, humor segar ala Kaesang sangat menguntungkan. Publik merasa tidak berjarak dengan keluarga Pak Jokowi. Lagi pula, dua putra Pak Jokowi memang rakyat biasa. Satu tukang martabak, satu lagi tukang dagang pisang. Keintiman itu akan memengaruhi alam bawah sadar netizen. Mereka akan condong memilih yang terasa dekat, lewat figur Kaesang dan Jan Ethes.

Bagi kubu sebelah, tentu ini kabar tidak menyenangkan. Setengah mati mereka sasar anak-anak muda, ternyata Kaesang dan Jan Ethes lebih memesona. Mereka harus memeras otak untuk menangkal kampanye klandestin ala Kaesang. Harus dilawan. Jika tidak, bahaya.

Masalah besar di kubu sebelah adalah kendornya selera humor. Kampanye Fadli Zon lewat Potong Bebek Angsa malah menuai cibiran. Citra gaul ala Sandiaga, dengan kritik model guyon seperti ATM setipis tempe, justru memicu gaduh tak mengenakkan. Humor kubu sebelah cenderung garing. Kurang kekinian. Beda dengan humor ala Kaesang. Segar dan menyegarkan.

Generasi milenial, yang terang-terangan dijadikan target kampanye oleh kedua kubu, bisa-bisa condong ke kubu petahana. Sebaiknya kubu sebelah mengkaji strategi humor baru. Jangan begitu-begitu saja. Bagaimana caranya? Ya, itu urusan timses Pak Prabowo. Andaikan hari ini kita masuk ke bilik suara, besar kemungkinan sebagian kaum muda memilih paslon nomor satu. 

Bagaimanapun, memilih Keluarga Cemara lebih mengasyikkan dibanding Keluarga Cemarah (cedikit-cedikit marah). []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun