Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Mustahil Menulis Tanpa Tanda Hubung

13 Agustus 2018   11:17 Diperbarui: 14 Agustus 2018   16:45 2851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelima, mempertegas pengejaan dan pemenggalan kata. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya: 11-11-2013, k-a-t-a-h-a-t-i.

Selain itu, tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris. Akan tetapi, perhatikan aturan pemenggalan kata. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan. Misalnya:

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Hanya saja, berhati-hatilah saat memotong nama orang tatkala ingin berpindah baris. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir dipenggal di antara unsur-unsurnya, bukan dipotong dan dibubuhi tanda hubung. Kasihan nama orang dipenggal-penggal. Misalnya:

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Keenam, mempertegas asal dan fungsi kata. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya: di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi'), ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu') mem-bully (bahasa Inggris, 'merundung atau merisak').

Tanda hubung juga digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. Misalnya: Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta. Atau: Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.

Itulah enam aturan penggunaan tanda hubung. Pada akhirnya, taat atau tidak pada kaidah tata bahasa tentu berulang pada pengguna bahasa Indonesia.

Tidak beda jauh dengan taat pada aturan berlalu lintas. Helm digunakan bukan lantaran kita takut kepada polisi, melainkan demi keselamatan diri sendiri. Itu sekadar contoh.

Menulis juga begitu. Tanda hubung kita gunakan supaya tulisan kita lebih rapi dan makin mudah dicerna maknanya oleh pembaca.

Sebagai penutup, saya ingin mengudar kesalahan kita yang sering menukar pemakaian tanda hubung (-) dan tanda pisah (--). Sebenarnya tanda hubung tidak dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.  

Perhatikan contoh ini: Pada halaman 5-10. Atau: Bogor-Bandung. Penggunaan tanda baca yang tepat pada contoh tersebut adalah tanda pisah. Saya minta maaf karena belum tahu cara menampilkan tanda pisah yang tepat di Kompasiana. Silakan cermati tabel berikut.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Semoga tulisan ini berguna bagi kita. Tetap menulis. Jangan takut salah sebab dari kesalahanlah kita tahu cara memperbaiki. Salam takzim.

Kandangrindu, 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun