Kelima, mempertegas pengejaan dan pemenggalan kata. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya:Â 11-11-2013, k-a-t-a-h-a-t-i.
Selain itu, tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris. Akan tetapi, perhatikan aturan pemenggalan kata. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan. Misalnya:
Tanda hubung juga digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. Misalnya: Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta. Atau: Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
Itulah enam aturan penggunaan tanda hubung. Pada akhirnya, taat atau tidak pada kaidah tata bahasa tentu berulang pada pengguna bahasa Indonesia.
Tidak beda jauh dengan taat pada aturan berlalu lintas. Helm digunakan bukan lantaran kita takut kepada polisi, melainkan demi keselamatan diri sendiri. Itu sekadar contoh.
Menulis juga begitu. Tanda hubung kita gunakan supaya tulisan kita lebih rapi dan makin mudah dicerna maknanya oleh pembaca.
Sebagai penutup, saya ingin mengudar kesalahan kita yang sering menukar pemakaian tanda hubung (-) dan tanda pisah (--). Sebenarnya tanda hubung tidak dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Â
Perhatikan contoh ini: Pada halaman 5-10. Atau: Bogor-Bandung. Penggunaan tanda baca yang tepat pada contoh tersebut adalah tanda pisah. Saya minta maaf karena belum tahu cara menampilkan tanda pisah yang tepat di Kompasiana. Silakan cermati tabel berikut.
Kandangrindu, 2018