Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Apa Salah Kiai Ma'ruf?

10 Agustus 2018   14:50 Diperbarui: 26 Mei 2019   15:07 7221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
K.H. Ma'ruf Amin | (ANTARA Foto/Hafidz Mubarak A).

Sebenarnya tidak sulit-sulit amat jikalau kita ingin menjadi Presiden di negara tercinta ini. Syaratnya cuma dua. Ada partai pengusung dan dipilih oleh warga. 

Sungguhpun cuma dua syarat, namun keduanya tidaklah enteng. Kalaupun ada partai yang mengusung, belum tentu terpilih. Ibu Mega, Pak Amin, dan Pak Prabowo sudah pernah membuktikannya.

Menjadi Cawapres juga tidak sulit-sulit banget. Asalkan dipinang Capres pasti jadi Cawapres. Gonjang-gonjing sebulan belakangan ini menyajikan bukti kuat betapa sukar menjadi Cawapres. 

Pak Mahfud sendiri merasakannya. Sudah dikabari untuk menyiapkan CV, sudah diminta melengkapi persyaratan, sudah menjahit kemeja putih, ternyata di-PHP. Nasib pada 2014 kembali menimpa beliau. Alih-alih patah hati, mantan Ketua MK itu tetap mendukung Pak Jokowi.

Belum lagi ketua-ketua partai yang gencar mempromosikan jagoannya untuk disandingkan dengan Capres, baik kepada Pak Jokowi maupun Pak Prabowo. Semuanya tahu diri sebab yang dipilih dan terpilih pasti cuma satu Cawapres. Soal tetap mendukung atau mengalihkan dukungan, itu perkara lain. Tergantung kebijakan partai dan arah perasaan panglima partai. Sederhana, kok.

Kita kembali pada sosok Kiai Ma'ruf. Mengapa Pak Jokowi memilih beliau? Jangan dikira Kiai Ma'ruf anak bawang atau bau kencur di kancah politik. Beliau pernah menjadi Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta pada 1977-1982. Sebelumnya, beliau terpilih menjadi anggota DPRD DKI Jakarta sejak 1971. Bahkan, Ketua Umum MUI ini menduduki Ketua Fraksi PPP pada 1973-1977. Kurang apa coba?

Masih butuh kabar atas kiprah doi? Beliau pernah menjadi anggota MPR pada 1997-1999. Kemudian bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa dan menjadi Dewan Syuro. Pada Pemilu 1999, beliau terpilih menjadi anggota DPR dari Fraksi PKB.

Pak Jokowi tentu sudah mempelajari rekam jejak Kiai Ma'ruf. Pak Kiai bukan pilihan "kucing dalam karung". Beliau bukan politisi kacangan. Beliau ulama sekaligus intelektual. Beberapa buku lahir dari buah pemikiran beliau. Buku-buku itu beliau karang sendiri, bukan ditaja oleh penulis hantu. Kalau beliau nanti terpilih, kita bakal punya Wapres yang suka menulis.

Ketiga, Pak Jokowi memang doyan daun tua. Setelah memilih Pak JK sebagai pendamping pada Pilpres 2014, sekarang memilih Kiai Ma'ruf. Selisih usia mereka 18 tahun.

Tentu ada alasan. Tidak mungkin asal-asalan. Pak Jokowi suka ceplas-ceplos, meskipun lebih berhati-hati semenjak menjadi Presiden. Beliau butuh pendamping yang kalem, tenang, dan sejuk. Karakter itu ada pada sosok Kiai Ma'ruf.

Kurang kalem apa beliau? Meskipun dibentak-bentak oleh pengacara Ahok, beliau kalem saja. Tidak marah, apalagi sampai mengamuk. Ketika si pengacara meminta maaf, beliau memaafkan. Tidak memeram dendam, apalagi sampai balas dendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun