Perhatikan ragam kata yang tercantum di bawah kata gegara. Ada cak. Itu berarti ragam cakapan. Jadi jangan semringah dulu, apalagi menuduhku pembohong. Ragam cakapan merupakan kata yang kerap digunakan secara lisan dan termasuk bentuk takbaku.
Entah kenapa hatinya merasa lega setelah menjawab pesan Icha. Serasa ada rongga di dadanya yang semula sesak dan sakit lalu seketika hampa dan nyaman. Ia bayangkan sekarang Icha gelagapan membongkar-bangkir kamus atau mengutak-ngatik KBBI daring untuk mencari makna ragam cakapan.
Tami kembali memberondong WA Icha dengan ulasan soal tidak semua kata dalam KBBI daring otomatis dianggap baku.Â
Alay juga ada dalam KBBI. Kata itu merupakan singkatan dari anak layangan. Maknanya, anak-anak baru gede yang gayanya berlebihan untuk menarik perhatian. Apakah alay tergolong kata baku? Tidak. Ragamnya cakapan. Artinya takbaku.
Asese juga ada dalam KBBI. Kata itu lahir dari pelafalan keliru atas acc. Dalam bahasa Indonesia, konsonan /c/ mestinya dibaca 'ce'. Bukan 'se'. Jadi pelafalan yang tepat dari singkatan accoord (Belanda) atau accord (Inggris) adalah acece. Tetapi pekamus memilih asese karena itulah yang kerap dilafalkan penutur bahasa Indonesia.Â
Namun, patut dicamkan, ada ragam cakapan yang menandai kata itu. Berarti kata tersebut digunakan dalam obrolan ringan atau tidak formal. Kita bisa memakai disetujui untuk diasese, menyetujui untuk mengasese, serta persetujuan buat pengasesean.Â
Sunyi bermain-main di halaman, angan-angan Tami mengembara di beranda. Belum ada jawaban dari Icha. Tiada sanggahan, tiada pertanyaan. Barangkali ia masih mengulik-ulik KBBI daring, mencari-cari arti kata alay dan asese, terperenyak dan berdecak-decak, lalu mengirim emot senyum atau kepala bertanduk kepadanya.
Ketika bulan disembunyikan segerumbul awan, Tami kembali bercengkerama dengan gawai. Jari-jemari lentiknya menari gemulai. Kata demi kata tertuang, seperti air hujan yang tumpah begitu saja. Deras, deras, deras sekali.
Kata gara-gara bukan berakar dari kata dasar gara. Maknanya beda. Jauh langit dari tanah. Kata gara merupakan bentuk takbaku dari gahara. Sungguhpun gahara merupakan kata klasik yang bermakna anak yang ayah dan ibunya adalah anak raja-raja, bukan berarti kata itu yang membentuk kata ulang gara-gara.
Begini sederhananya. Gara-gara bukan bentuk pengulangan dari kata gara. Dengan demikian, kita tidak bisa sesuka hati menerakan kata ulang sebagian pada kata tersebut menjadi gegara. Sama saja dengan memaksakan kehendak atas sesuatu yang sebenarnya tidak boleh.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!