Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Memperkaya Diri dengan Kosakata

19 Juli 2018   11:24 Diperbarui: 20 Juli 2018   22:11 8174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vita terlongong-longong. Bengong. Tidak mampu berkata apa-apa. Lidahnya kelu. Ia masih terpinga-pinga, tercengang keheranan, sementara kekasihnya sudah menjauh. Tiada apa pun yang ia lakukan selain terpangah. Menganga. Debu dan bisu bersaing menguasai mulutnya.

Paragraf di atas bukanlah pembuka sebuah cerpen. Bukan pula bab awal dari sebuah novel yang tengah saya karang. Alinea tersebut semacam contoh saja. Hitung-hitung itu sajian fakta bahwa kosakata bahasa Indonesia memang kaya. Malah sangat kaya.

Mari kita sisir kata demi kata. Mula-mula saya munculkan terlongong-longong, artinya tertegun karena kaget dan bingung. Kemudian bengong, kata yang berarti termenung seperti kehilangan akal karena sedih bercampur heran. 

Lalu terpinga-pinga, yang masih serumpun dengan kata sebelumnya, tetapi makna khususnya tercengang keheranan. Selanjutnya kata terpangah. Kata ini semakna dengan ternganga atau menganga.

Seluruh kata yang saya cetak miring di atas merupakan varian dari kata tercengang atau terkejut. Masih ada kata lain, tetapi cukuplah kata-kata di atas sebagai contoh.

Sebenarnya ada 43 kata yang senada. Baiklah, saya suguhkan seluruh kata yang serumpun dengan tercengang atau terkejut.

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Perbendaharaan Kata Kita Harus Kaya

Vita menengadah. Ia melihat telaga mata kekasihnya berkaca-kaca. Sungguh, ia melengak menatap telaga bening itu kini mulai bersimbah air mata. Kontan ia menceratuk, menunduk sambil mengetuk-ngetuk meja, lalu congak-cangit. Ia mendesah seolah-olah beban berat baru saja terembus keluar dari hidungnya. Vita menjelangak, mendongak lagi, menatap mata kekasihnya lagi, dan merasakan darahnya berdesir.

Barangkali kalian berpikir buat apa memperkaya diri dengan kosakata. Barangkali kalian menyangka perbendaharaan kata perkara sepele. Barangkali kalian menganggap kosakata hanyalah soal remeh. Barangkali kalian menduga menulis akan tetap lancar meskipun kalian miskin kosakata.

Ya, kalian tidak salah. Kendatipun hanya tahu menengadah untuk melukiskan peristiwa mengangkat kepala, tulisan kalian tetap akan tiba di hadapan pembaca.

Sungguhpun cuma tahu mendongak, kalian cukup menggunakan satu kata itu dalam tulisan panjang, misalnya novel, dan memakainya hingga puluhan kali. Itu bukan perbuatan terlarang.

Tidak masalah. Paling-paling khalayak pembaca mengecap kalian Penulis Miskin Kata. Andaipun digelari demikian, santai saja. Miskin kata tidak semengenaskan miskin harta.

Yang menyedihkan kalau kalian miskin kata dan miskin harta. Beli buku susah, apalagi beli kamus. 

Jikalau stok kosakata di gudang perbendaharaan kata berlimpah, kalian tidak akan kesulitan menulis apa pun. Kalian tidak akan mengalami "macet di tengah jalan" karena kalian mampu menggambarkan ide kalian dengan kata yang tepat. Itu keuntungan pertama.

Jikalau kecerdasan gramatikal mumpuni, kalian tidak akan tersendat ketika menuangkan gagasan ke dalam tulisan. Tidak akan terjadi "benturan antarfrasa" atau "guncangan antaralinea", karena kalian dapat membedakan makna kata dan menggunakannya dengan jitu. Itu keuntungan kedua.

Jikalau kepekaan rasa baca tajam, kalian tidak akan mengalami benturan pembacaan tatkala mengendapkan dan mengeja ulang tulisan. Gagasan segar dan brilian yang ingin kalian hadiahkan kepada pembaca akan sampai ke tujuan dengan selamat dan sentosa. Itu keuntungan ketiga.

Ketiga perkara tersebut akan terpenuhi apabila kalian berkenan memperkaya diri. Ya, memperkaya diri dengan kosakata.

Pada alinea pengantar subbagian di atas, saya menggunakan lima varian ungkapan "mengangkat kepala". Bayangkan andaikan saya hanya paham satu kata, misalnya mendongak, dan kata itu terpaksa saya ulang sebanyak lima kali dalam alinea sependek itu lantaran saya tidak punya kata yang lain.

Bukan hanya itu. Bisa-bisa pembaca jemu. Bolehlah kita mengambil baju sebagai cermin. Bayangkan selembar baju kita pakai selama lima hari ke kantor. Sudah lusuh, apak keringat menguar ke mana-mana, kucel di sana-sini, dan kita niscaya risih memakainya. Malahan kehilangan rasa percaya diri.

Dengan demikian, tindakan memperkaya diri dengan kosakata bukanlah perbuatan haram yang berlumur dosa. Tulisan yang kaya akan mengayakan pembaca. Bukan sebatas kaya gagasan, melainkan kaya dalam pembabaran gagasan. Tidak peduli apa pun tulisan kalian, kosakatanya harus variatif, tepat makna, dan lezat dibaca. Itulah kunci tulisan yang kaya dan mengayakan.

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Melawan Rasa Malas

Matanya membelalang seakan-akan tidak percaya melihat jasad yang terbujur di hadapannya adalah ibunya. Semalam ibunya masih mendongeng untuknya, pagi tadi masih menyiapkan sarapan baginya, dan siang tadi masih membukakan pintu ketika ia pulang sekolah. Ia masih nanap, matanya membuntang, dan sesuatu yang hangat membasahi pipinya.

Ada satu virus yang menyerang hampir seluruh penulis dan orang yang suka menulis dan orang yang berhasrat menjadi penulis. Virus itu ganas. Namanya "malas". Virus yang juga menjangkiti para pemeriksa ejaan (proofreader) dan penyunting (editor). Padahal, obat mujarab untuk membunuh virus itu tidak tersedia di apotek mana pun di seluruh dunia.

Jangankan cara membeber gagasan yang ajek dan utuh, membedakan pemakaian kata saja masih kelimpungan. Contoh sederhana, banyak penulis atau calon penulis (termasuk pemeriksa ejaan dan penyunting) yang masih gelagapan apabila ditanya perbedaan antara ini dan itu, beginilah dan begitulah, suatu dan sesuatu, atau berapa dan berberapa.

Banyak juga yang bisa menjawab, namun tidak sedikit yang jawabannya cemang-cemong alias sekenanya.

Semua gara-gara virus malas. Nasib semakin nahas. Virus malas tidak hanya menghalangi syahwat membuka kamus, tetapi juga merintangi gairah membaca. Jika membuka buku, kecepatan membaca kita seketika melebihi laju kuda. Berjumpa kata yang tidak dimengerti langsung pindah alinea.

Jika membaca artikel atau berita di gawai, mata acapkali singgah di judul dan paragraf awal saja. Setelah itu main gulir ke bawah dan langsung ke alinea penutup. Spontan kita menjelma serupa juru nujum alias dukun yang mahir mereka-reka pertanda. Sesudah itu, kita main tarik simpulan sendiri. Alamak!

Coba gulirkan layar gawai kalian ke atas. Berhenti beberapa jenak pada alinea pembuka subbab. Simak dan cermati kata yang saya cetak miring. Ada tiga varian kata membelalak yang saya gunakan, yakni membelalang, nanap, dan membuntang. Tunggu, Kawan. Tidak perlu tergesa-gesa membuka kamus daring. Sudah saya siapkan tabel bagi kalian berisi varian kata membelalak. 

Silakan dinikmati.

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Trik Memperkaya Kosakata

"Tidak," kata Vita. "Aku bisa memaafkanmu, tetapi tidak mampu melupakan kesalahanmu," katanya lagi. Vita berkata dengan mata berkaca-kaca. Ketika kata-kata mengalir dari bibirnya, ia merasa ada yang berderak di dadanya. Rasa sakit menjalar. "Kalau kamu mau pergi," katanya sambil terisak, "pergi saja!"

Setidaknya ada satu trik memperbanyak kosakata. Trik yang mudah dan murah, meskipun tidak murahan. Trik itu adalah membaca. Naif apabila kita berharap bisa mengisi gudang kata dalam benak kita hanya dengan berangan-angan atau beringin-ingin. Suka tidak suka, kita harus rakus membaca.

Coba kalian cermati alinea pembuka di atas. Meskipun saya tata kalimat di atas dengan baik, tetap berasa janggal karena "kata dan turunan bentuknya" muncul berkali-kali. Seolah-olah tiada lagi kosakata dalam bahasa Indonesia yang semakna dengan "katanya".

Kapan-kapan, kalian buka dan bacalah sebuah novel. Hitunglah berapa kali "katanya" muncul setelah petikan dialog. Hitung sampai kalian mual-mual. Kekeringan kosakata semacam itu bukan menimpa penulis belaka, melainkan melanda penyunting juga. Sebuah buku yang tiba di pangkuan kalian adalah hasil kolaborasi antara penulis dan penyunting. Itu fakta yang mustahil ditampik.

Perhatikan pula contoh berikut.

"Semoga pelaku dihukum setimpal," harap korban.

Sejak kapan kata harap beralih fungsi menjadi penanda dialog? Saya sering menemukan kata itu digunakan oleh jurnalis di portal atau di koran. Jika ingin memvariasi penanda dialog, jangan pakai kata yang keliru. Masih ada ucap, ujar, atau tutur. Masih ada sela, sanggah, atau bantah. Kalian tinggal memilih kata paling tepat yang sesuai dengan konteks tulisan dan makna yang kalian kehendaki. Maaf, saya tidak bermaksud mengungkap aib pemburu berita yang miskin kata. Tidak juga berniat menggurui. Tidak begitu. Saya hanya ingin menyuguhkan contoh.

Kalau kita rajin membaca, pada fase lebih kerap saya namai rakus membaca, kekeliruan semacam itu tidak akan terjadi. Membaca apa? Kalau malas membuka buku, apalagi kamus, cukup baca koran atau portal di gawai yang beritanya apik dibaca. Masih malas juga? Hmmm, menulis saja dengan kosakata terbatas. Dan, saya tertawa sambil geleng-geleng kepala ketika menulis kalimat tadi.

Apakah ada trik lain yang lebih instan? 

Ada. Ambil kamus dan bakar, lalu tuangkan abunya ke dalam air, lalu aduk sampai rata, lalu reguk hingga tandas. Dan, saya kembali tertawa seraya geleng-geleng kepala. Ayolah. Kalian jangan ikut-ikutan kebiasaan "angkatan pemalas". Jangan juga memasuki "golongan kemaruk" yang dikasih satu trik masih merasa belum cukup. Padahal, itu sudah cukup asal dijalani dengan tekun.

Tanpa berniat sombong, sebenarnya ada cara instan untuk memperkaya kosakata. Baca saja beberapa tulisan saya. Bahkan tulisan receh ini juga menyajikan daftar kata. Kalau kalian cerdas, tinggal telusuri gambarnya di Pak Google, kemudian simpan. Begitu kalian butuh, tinggal buka dan gunakan. Enteng, kan?

Bagi kalian enteng, bagi saya tidak. Tabel-tabel yang saya sajikan adalah hasil dari kebiasaan saya mengulik kamus. Itu jelas-jelas bukan pekerjaan enteng. Butuh ketekunan, butuh kecermatan. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Mengapa saya bagikan kepada kalian? Alasan saya sederhana. Berbagi itu membahagiakan.

Kata-kata saya kumpulkan, kemudian saya kelompokkan berdasarkan rumpun makna. Dokumennya saya namai Kamus Kecil Bahasa Indonesia. Kebiasaan itu bukan hobi dadakan, melainkan sudah tumbuh sejak saya masih di sekolah menengah. Sekarang sudah saya masak dan sajikan. Mari kita santap bareng-bareng. Kalian kenyang, saya senang. Sesederhana itu.

Sebelum saya tutup tulisan ini, saya tambahkan satu tabel ringkas. Siapa tahu berguna bagi kalian. Isinya tentang varian kata "mengangguk".

Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)
Disarikan dari beberapa kamus bahasa Indonesia (Dokumen Pribadi)

Ketika rasa marah membuncah di dada, ketika rasa kecewa menguasai hati, ketika rasa benci memantik hasrat pergi, cobalah tarik napas dan masuki sunyi.

Kita terlalu sering melihat sesuatu cuma dari satu sisi. Kita hanya percaya bahwa hasil penjumlahan 7 + 7 selalu 14. Kita begitu karena itulah yang kita mamah sejak kecil. Padahal, hasilnya bisa saja segitiga apabila kita melihatnya dari sisi berbeda.

Ketika syahwat pergi menjadi-jadi, berbaliklah sejenak ke masa lalu. Kenang-kenanglah masa-masa susah yang pernah kita jalani. Hasilnya akan berbeda, seperti 7 + 7 ternyata segitiga.

Inilah tulisan terpanjang saya selama menulis di Kompasiana. Semoga kalian tidak jemu membacanya. Saya harap tulisan ini menyenangkan hati kalian dan mengenyangkan rasa lapar kalian pada kata.

Andaikan tulisan ini berguna, bolehlah kalian bagikan kepada sesama. Mana tahu ada teman atau rekan kalian yang membutuhkan. Kita tidak tahu seberapa penting sesuatu terhadap diri kita sebelum kita kehilangan sesuatu itu. Maka, simpanlah. Siapa tahu nanti, entah cepat entah lambat, tulisan ini berguna bagi kalian.

Sebagai penutup, izinkan saya berterima kasih kepada kalian yang sudah berlama-lama dan berpayah-payah membaca tulisan ini hingga rampung. Selamat memperkaya diri dengan kosakata. 

Selamat menulis dalam bahasa Indonesia yang kaya. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun