Sekalipun kalah, Kroasia memperlihatkan semangat pantang menyerah sepanjang laga. Dalam hidup pun mesti begitu. Jangan terlalu mudah mengeluh, tidak gampang menyerah, apalagi sedikit-sedikit menimpakan kesalahan kepada orang lain.
Bagi Prancis, pesta baru dimulai. Tentu seluruh Pasukan Ayam Jantan akan disambut penuh sukacita setiba mereka di kampung halaman. Mereka mudik sambil membawa oleh-oleh bagi rakyat Prancis.Â
Timnas yang disesaki warga keturunan itu adalah contoh nyata bagi kita dalam perkara menghargai perbedaan, menghormati sesama tanpa mengulik asal usul, juga bekerja sama tanpa memperdebatkan warna kulit, ras, atau agama.Â
Bagi Kroasia, pesta baru dimulai. Meskipun kalah, mereka akan disambut oleh 4,5 juta penduduk Kroasia dengan penuh sukacita. Langkah hingga ke final adalah cendera mata bagi warga Kroasia.Â
Timnas yang dipenuhi pemain petarung itu merupakan contoh nyata bagi kita dalam hal gigih mengejar harapan, getol dan pantang menyerah, serta ketangguhan mental saat menghadapi kekalahan.
Bagi saya, pesta sudah selesai. Akan menyenangkan ketika menulis artikel dan mengingat ada satu kalimat yang mesti disusupkan ke dalam tubuh tulisan. Kalimat itu adalah jangan nonton bola tanpa kacang garuda. Akan saya kenang kalimat itu.Â
Selama ini, saya tidak pernah menggunakan kata nonton. Biasanya saya pakai kata baku, yakni menonton atau tonton. Namun, saya sedang gencar belajar tentang taat aturan. Itu sebabnya kalimat fardu itu saya gunakan. Dan, akan saya rawat sebagai kenangan.
Bagaimana dengan kalian? Kenangan apa yang membekas dalam ingatan kalian terkait Piala Dunia 2018 di Rusia?Â
Sudahlah. Tidak usah berdebat lagi. Prancis juara, Kroasia juga juara. [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H