Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perang Para Kesatria di Rusia

15 Juli 2018   11:44 Diperbarui: 15 Juli 2018   13:03 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Kuda Hitam dari Balkan adalah tim tersubur kedua setelah Belgia hingga babak semifinal. Mereka menceploskan 12 gol ke gawang lawan, sementara Prancis hanya 10 kali memaksa kiper lawan melongo karena kebobolan. Uniknya, kedua tim sama-sama dihadiahi sebiji gol bunuh diri oleh tim lawan dan sama-sama mencetak satu gol dari eksekusi bola mati. Akan tetapi, kedua finalis berbeda pada perkara penalti. Prancis punya dua gol penalti, sedangkan Kroasia hanya satu penalti.

Apabila Prancis bersungguh-sungguh ingin menambah satu bintang di dada, seperti yang diungkapkan Pogba di FIFA.com, mereka harus lebih produktif. Fakta selama enam laga menunjukkan keunggulan Kroasia dari sisi produktivitas.

Jangan sampai Prancis meringis atau menangis karena memilih bermain pragmatis.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Fokus dan Disiplin

Ia bermain fantastis di turnamen (Piala Dunia) hingga sejauh ini. Saya sangat senang untuknya. 

~ Jurgen Klopp, Manajer Liverpool

Kadung masuk final, kedua tim mesti menjauhi kata gagal. Seluruh tenaga harus dikuras, semua keterampilan olah bola biar diumbar, dan segala kemampuan mesti diperas. Tidak boleh ada yang disimpan-simpan, apalagi ditahan-tahan. Kalau perlu, jegal lawan tanpa mencederai dan rebut bola tanpa melukai. Lawan tidak boleh dibiarkan berlama-lama memainkan bola.

Di situlah pentingnya daya juang dan daya tarung. 

Prancis nyaris mengutamakan serangan balik mematikan lewat kecepatan Mbappe dan Griezmann. Pada laga melawan Belgia, Varane dan kolega lebih banyak menunggu. Kroasia memperlihatkan sisi sebaliknya. Walaupun kemasukan bola di awal babak pertama, Vida dan kolega tidak melemah. Serangan bagai gulung ombak menerjang bertubi-tubi.

Hingga semifinal, daya tarung pasukan Kuda Hitam juga lebih menggigit dibanding pasukan Ayam Jantan. Vida dkk. melakukan 101 kali pelanggaran dan 93 kali dilanggar. Varane dkk. melanggar pemain lawan sebanyak 79 kali dan 91 kali dilanggar. 

Tidak heran jika Vida dan kolega diganjar 14 kartu kuning, sedangkan Prancis cuma menerima 10 kartu kuning. Meskipun ngotot dan alot, Vatreni belum menerima kartu merah langsung maupun akumulasi dari kartu kuning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun