Bersama camilan Kacang Garuda, sebab saya tahu bahwa jangan menonton tayangan sepak bola tanpa Kacang Garuda, saya saksikan pelukan Aguero, kolega Si Kutu di Timnas Argentina, tidak sanggup meredakan air matanya. Ia begitu kecewa, sampai-sampai bersumpah pensiun dari Tim Tango. Ia patah semangat dan putus harapan. Baginya, seluruh pintu kesuksesan bersama Timnas Argentina seolah tertutup rapat.
"Terkadang Anda harus menerima saat Anda tidak bisa menang sepanjang waktu."
~Â Lionel MessiÂ
Lalu untuk apa Messi memakai kembali sepatu dan kostum Tim Tango yang sudah ia gantung?Â
Barangkali, andai pertanyaan tadi harus dijawab, dapat dikatakan bahwa cinta Messi pada negeri tumpah darahnya lebih kuat dibanding sumpah mundurnya. Aura cinta dari seantero negeri mengaliri pembuluh darahnya. Dukungan dan sokongan banyak pihak, yang tetap ingin melihatnya mengenakan jersey Albiceleste, sanggup mencairkan kebekuan di hatinya.Â
"Saya telah melihat pemain besar dalam karier saya, tetapi saya belum pernah melihat orang dengan kontrol bola seperti Messi."
~ Diego Armando Maradona
Idola Messi dan legenda Argentina, Maradona, tetap mendukung meskipun sebelumnya sangat gerah melihat kegagalan Tim Tango. Bujuk rayu agar ia urung mundur dan mencabut sumpah, tidak akan bermain buat timnas lagi, mencuat dan menguat dari segenap lapisan masyarakat. Dari rakyat hingga pejabat.Â
Hati Messi luluh. Rintih sumpahnya runtuh.Â
Sebagian mencemoohnya, sebagian mengaguminya. Ada pula yang menyebutnya cemen. Bahkan ia sempat dituduh Si Penjilat Ludah. Tak apa dituding penjilat ludah asalkan ia tidak mengecewakan harapan warga Argentina. Begitulah kuasa cinta. Hanya cinta yang sanggup menghapus kesedihan. Demikian petuah Naguib Mahfouz, novelis dari Mesir. Semangat baru merasuki jantung dan mendetakkan cinta ke sekujur tubuh Messi.