1
Kita sepakat meninggalkan masa silam. Tetapi, kita suka diam-diam mengunjunginya. Lewat hujan, lewat ingatan.Â
Kesedihan kita biarkan berumah di mata. Sekulum senyum disamarkan oleh jarak dan pelukan.
Luka adalah puisi, rimbun di kebun masa lalu: sebagai kita.
2
Kita sepasang merpati, dengan rindu memusim, sedang menggugurkan kenangan--yang hujan di dada. Seperti angan, angin musim penghujan ditakdirkan sebagai pemutar kenangan.Â
Dan kita, sepasang merpati bersayap luka, terisak ditampar-tampar badai nasib, mengutuk malam dan hujan yang tak membiarkan kita tertidur sebelum pagi tiba.
3
Aku bisa saja pergi meninggalkan dan menanggalkan kenangan. Tetapi, aku senang menunggalkan kamu dalam ingatan.
Aku mencarimu di sela jari-jari hujan, yang kudapati sepampang kenangan. Rindu memang rumah segala kesedihan, barangkali. Meski begitu, aku terus bernyanyi, menidurkan kamu di dalam mimpi.
Di sana, tubuhmu terbuka mengundang pagi: membawa cahaya dan embun pembasuh luka. Jendela angan terbuka, matahari tiba lebih pagi.