Mardani Ali Sera, supaya singkat kita ambil inisial MAS saja, mengimbau supaya pendukung gerakan tagar yang digalangnya membunyikan klakson tiga kali. Semacam klakson om telolet om yang masyhur tahun lalu. Setelahnya, doi mengajak pendukung tagar agar memanfaatkan akhir Ramadan dengan baik. Cuitan itu diunggah di akun Twitter MAS pada Selasa (5/6/2018).
"Bagi saudara-saudaraku yang mudik, jangan lupa membunyikan klakson tiga kali..."
Ada yang janggal pada seruan itu.Â
Pertama, suruh main klakson. Dapat Anda bayangkan jika sepuluh hingga dua puluh kendaraan pendukung tagar iring-iringan. Busyet, pasti bising. Apalagi kalau kendaraannya beragam, pasti makin bising. Kasus om telolet om tahun lalu hanya berlaku pada mobil bus atau mobil gede, jadi tidak bising. Malah menyenangkan, terutama bagi anak-anak.Â
Kedua, berpotensi memacu polusi suara. Telinga orang-orang sepanjang jalan bisa pekak. Kepala orang-orang bisa pengar. Mestinya warga bisa beribadah dengan tenang, malah kuping mereka diserbu suara klakson. Andaikan ada yang sedang sakit gigi, niscaya makin tersiksa. Apalagi kalau yang sakit gigi itu belum atau gagal dapat THR. Coba Anda bayangkan.
Ketiga, iktikaf itu butuh ketenangan dan kesyahduan. Selagi asyik tilawah di langgar di sisi jalan raya, seratus mobil melintas seraya membunyikan klakson bersamaan. Muke gile! Tengah khusyuk zikir di masjid di sisi jalan tol, seribu mobil lewat seraya membunyikan klakson dengan nada tidak beraturan. Bisa-bisa buyar konsentrasi berzikir kita.
Rasanya keteduhan akhir Ramadan tidak akan berasa apabila seruan ini diikuti.
Kini kita keluar dulu dari sarang Kampret. Kita pindah ke kubu sebelah, ke kandang Cebong. Alih-alih menanggapi seruan MAS dan kelakuan Kaum Kampret dengan arif, Umat Cebong malah menyulut petasan di dekat kuping para kampret. Kontan silang pendapat dan serang-menyerang kembali riuh.
Apa sebab saya berpendapat demikian? Mestinya Umat Cebong tidak perlu panik. Santai saja. Tidak perlu ditanggapi serius. Persis pesan pihak Istana, lewat Pramono Anung, bahwa tagar ganti presiden itu lucu-lucuan saja. Ada atau tidaknya tagar dimaksud, pilpres pasti digelar 2019. Ketenangan kubu Jokowi justru akan bikin respek. Terutama bagi orang-orang nonpartisan seperti saya.Â
Ini tidak. Malah muncul spanduk-spandu ajaib di jalan-jalan tol yang dibangun pada era Jokowi.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!