Sebenarnya saya diminta memberikan motivasi agar mencintai pekerjaan.Â
Tetapi, saya lebih mencintai puisi. Maka, saya karanglah puisi ini untuk menemani karyawan dan Presdir PT Jakarta Propertindo buka puasa bersama.Â
Sore ini di Kafe Al-Djazeerah.Â
1
Aku suka Senin. Setelah kemarin tidur hingga siang dan petangnya malas-malasan di rumah, sekarang harus ke kantor lebih pagi. Kantor masih dikuasai sepi ketika aku tiba. Disiplin berdiri di muka pintu dan mengucapkan selamat datang.
Aku memang enggan menjadi pekerja yang diam-diam suka maling waktu. Aku memang malas menjadi robot yang bekerja tanpa nyawa. Pada Senin, Integritas persis atasan dengan semangat menyala-nyala di mata.
2
Aku suka Selasa. Setelah kemarin memeras otak dan memeram keluh, sekarang mesti menyempurnakan ini dan itu. Tanggung Jawab berdiri di sisi meja dan mengucapkan selamat bekerja.Â
Aku memang belajar tahu diri, bahwa aku ada karena mencintai amanat. Aku memang belajar sadar diri, bahwa memenuhi amanat adalah laku merawat harga diri. Pada Selasa, amanat adalah cinta yang memacu gairah bekerja.
3
Aku selalu suka Rabu. Inilah hari paling sibuk. Akhir pekan masih jauh dan libur belum kelihatan. Seorang rekan sedang mengupas air mata. Sesekali ia mendesah karena konsentrasinya pecah.Â
Barangkali ia belajar menjadi robot dan bekerja tanpa Hati. Barangkali ia masih manusia yang pelan-pelan berusaha membenci Harapan. Pada Rabu, bekerja mestinya tidak memamerkan rupa-rupa kesedihan.
4
Aku selalu menyukai Kamis. Tak peduli Kamis pada tanggal tua. Bagiku, Kamis adalah kamus tabah. Loyalitas persis seperti cinta, tak pernah peduli waktu.
Orang-oramg sekantor sibuk melirik jam, bagaikan pengendara menghitung detik hingga lampu hijau menyala. Orang-oramg sekantor ada di sini, tetapi pikiran mereka rasanya sedang di sana: tagihan bank, cicilan kendaraan, biaya sekolah dan jajan, juga pensil alis dan bulu mata yang minta segera diganti. Pada Kamis, orang-orang lupa bahwa kewajiban mendahului hak.
5
Aku paling menyukai Jumat. Tak peduli atasan marah-marah tanpa alasan. Seperti nenek cerewet yang nyinyir pada kesalahan. Di mana-mana atasan selalu begitu. Masalah di rumah kadang diboyong ke kantor.Â
Begini salah, begitu salah. Apa-apa membentak dan mengentak. Sedikit-sedikit menunjuk-nunjuk dan marah-marah. Seakan-akan jika tidak mencak-mencak beliau akan kehilangan wibawa. Pada Jumat, bawahan adalah karang yang tabah menyapa deras ombak.
6
Aku paling mencintai Sabtu. Tak peduli sesekali diminta lembur. Aku melihat sesuatu pada Sabtu yang sangat menghibur. Sabtu adalah hari spesial, satu-satunya saat tepat bagi kamu dan aku menyatakan dan menyatukan hati.
Pada Sabtu, aku mengingat kantor sebagai rumah hening. Dari sana kutemukan cara dan jalan menuju kamu dan harapan.
7
Aku benci Hari Minggu. Sendirian di rumah. Tidur dan malas-malasan. Inilah hari waktu Hati dipukul-pukul sunyi.
2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H