Ia berhenti sejenak dan menarik napas panjang. Kalian tentu tahu alangkah mendebarkan saat-saat sebelum kita menegur orang yang kita kasihi. Kemudian ia kembali mengetik.
Kamu harus tahu, Yang, dibalik berbeda maknanya dengan di balik.Â
Yang pertama menegaskan peristiwa, yang kedua menandaskan posisi. Yang pertama menyatakan dibuat menjadi terbalik, yang kedua menyatakan posisi berada di. Yang pertama awalan maka kaidahnya ditulis serangkai, yang kedua kata depan maka asasnya ditulis terpisah.
Ia berhenti lagi seraya mengembuskan napas keras-keras.
Hal sama berlaku pada diaspal-di aspal, dilanggar-di langgar, dan ditombak-di tombak. Kata-kata pertama menyatakan peristiwa dan berfungsi sebagai awalan, jadi penulisannya digabung. Persis seperti cemburu. Kita tidak boleh memisahkan cemburu dari cinta, karena cemburu yang dikelola baik-baik akan membuat cinta kuat dan baik-baik saja.
Selain itu, Yang, kesalahan penulisan di pada tiga pasang kata tersebut akan memengaruhi makna kata. "Jalan ini baru di aspal"Â beda dengan "jalan ini baru diaspal". Yang pertama keliru karena makna kalimatnya "jalan ini sudah diberi aspal".
Kalimat "Dia dilanggar" beda maknanya dengan "Dia di langgar". Yang pertama menyatakan peristiwa si dia ditabrak atau ditubruk, sedangkan yang kedua menunjukkan posisi tempat si dia sedang berada.
Remba membaca ulang pesannya, kemudian menekan tombol kirim. Dadanya berdentam-dentam. Beberapa jenak kemudian, ia tersentak. Tami membalas pesannya. Singkat. Hanya satu kata dan semuanya memakai huruf kapital.Â
TERSERAH!!!!!
Delapan huruf kapital itu diakhiri tanda seru (!). Tidak tanggung-tanggung, lima batang. Sebanyak jumlah sila pada Pancasila. Remba tahu, itu berarti Tami bukan ingin mengatakan "bagaimana kamu saja", melainkan "sebenarnya aku sewot". Ia menenangkan hati. Bagaimanapun, ia tidak boleh ikut-ikutan marah sebab itu sama saja dengan membalas api dengan api. Setelah merenung sejenak, setelah menimbang baik-buruk, ia membalas pesan Tami dengan tenang.