Mungkin saat ini Gareth Bale sedang tersenyum. Dua gol yang dia lesakkan ke gawang Karius memastikan pesta La Decimotercero. Ya, Real Madrid berpesta. Gelar ke-13 tengah dirayakan. Pemain dan pelatih menari-nari, penggemar di seantero bumi menyanyi-nyanyi.
Barangkali saat ini Bale sedang masam-mesem. Sepanjang babak pertama ia panaskan bangku cadangan. Isco lebih dipilih oleh pelatih. Ya, bintangnya hampir redup di Los Galacticos. Rumor bakal diloak musim depan tak mengusik hatinya. Baru tiga menit menginjak rumput, tendangan saltonya mengoyak jala Karius. Gol pertamanya membuka gerbang kemenangan.
Mungkin saat ini Bale tengah semringah. Semalam kakinya selonjoran di bangku cadangan sewaktu ia diminta memanaskan semangat. Ia sambut umpan manis Marcelo dengan tendangan salto yang indah. Matanya sarat sukacita. Penggemar Real Madrid bersorak gembira.
Pertunjukan semalam di Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, adalah drama bahagia bagi Bale dan tragedi duka bagi Salah. Tetapi saya tidak ingin mengulas air mata Salah. Saya ingin membesuk perasaan Bale. Matanya muara nestapa pada awal laga, bibirnya penuh tawa pada akhir laga.Â
Inilah hasil kunjungan saya ke hati Bale. Ia menuturkan tiga saran sepele bagi siapa saja, terutama jamaah jomlo, yang semalam melihat aksinya.
Pertama, jangan takut jadi cadangan. Semua pemain bola pasti mengimpikan menit bermain yang banyak. Namun pelatihlah yang menentukan siapa yang turun ke lapangan sejak sepak mula. Menghuni bangku cadangan pada pertandingan sakral dan krusial tentu bukan idaman pemain sekelas Bale.
Apakah ia ngadat? Tidak. Bale biasa-biasa saja. Ia taat dan patuh pada perintah pelatih. Ia tidak delitan atau kolokan. Meskipun agak mangkel atau sedikit dongkol, ia tetap profesional. Ban serep juga cadangan bagi sebuah mobil, tetapi pengemudi akan sengsara ketika ia tiada saat ban utama kempis atau bocor.
Kadang tanpa disadari kita kerap menjadi cadangan. Di sekolah, di kampus, bahkan di kantor. Yang lain selalu jadi yang utama, kita urutan ke sekian. Kadang-kadang malah sekadar pelengkap penderita. Bale memperlihatkan bagaimana menjadi cadangan: apa yang harus dan akan dilakukan, serta bagaimana melakukannya.
Berusahalah setabah Bale yang tidak marah ketika dijadikan cadangan. Diminta mengantar ke sana-sini, disuruh ini-itu, dipaksa mendengarkan kisah bahagia yang tidak ingin didengar. Santai saja. Tidak usah banyak cakap. Diam-diam perjuangkan perasaanmu. Tunjukkan kegigihanmu. Keluh kesah tidak akan membuatmu bahagia.Â
Maka buktikan bahwa kamu layak jadi yang utama dan, kalau perlu, yang satu-satunya.
Kedua, akan indah pada waktunya. Bukan rahasia lagi, bintang paling disorot di Los Blancos adalah Ronaldo. Bale tidak iri atau dengki. Apalagi benci setengah mati. Ia bahkan bersedia menjadi pelayan bagi pesohor asal Portugal itu. Artinya, ia tetap bekerja maksimal meskipun berada di bawah bayang-bayang koleganya.
Setelah waktunya tiba, kamera beralih kepadanya. Panggung menyambutnya sebagai aktor utama. Bukan sebagai pemeran pembantu lagi. Semalam ia ditahbiskan sebagai pemain terbaik laga final Liga Champions Eropa musim ini. Pohon ketabahan sudah berbuah. Ia memetik hasilnya.
Dalam cinta juga mesti begitu. Tidak perlu galau tatkala kamu berada di bawah bayang-bayang mantan si dia yang dicinta. Tidak usah risau manakala yang kamu cintai meracau bahwa yang dulu masih lebih baik. Tidak harus marah juga ketika kamu dibanding-bandingkan dengan kalimat sama saja dengan yang dulu.Â
Selow saja. Seperti Bale yang tetap woles di bangku cadangan. Akan tiba giliranmu untuk membuktikan diri. Meradang atau mengamuk karena dibanding-bandingkan justru akan memicu rasa antipati. Apalagi sampai memblokir nomor kontak atau akun media sosial yang kamu cintai.
Pendek kata, akan indah pada waktunya.
Ketiga, manfaatkan peluang selagi ada. Ketika kesempatan untuk ujuk gigi tiba di depan mata, ambil dan manfaatkan sebaik-baiknya. Itulah yang ditunjukkan Bale kepada kita. Hanya tiga menit. Ya, dalam tiga menit ia menjadi pembeda. Bahkan tembakan kerasnya yang gagal ditangkap Karius dan bergulir ke dalam gawang memastikan pesta juara.
Kamu masih jomlo? Tidak usah cemas. Kesendirian memang sering menyiksa, tetapi kebersamaan dengan yang kamu impikan juga dapat membuatmu uring-uringan. Tetaplah bahagia dalam kesendirianmu.
Kecuali hatimu jatuh di hati seseorang, kamu harus berjuang. Begitu peluang datang, songsong dan gunakan. Jika tidak bisa dengan cara biasa, gunakan cara yang luar biasa. Kalau perlu, salto. Jangan takut salah jatuh atau keseleo karena badan mendarat dengan cara yang tidak tepat.
Yang pasti, berjuanglah demi perasaanmu.
Nyalimu tidak boleh kecut. Selama kamu kehilangan nyali saat peluang tiba, selama itu pula kamu akan sendirian. Dihukum sepi, dihantam sunyi. Telat sedikit, orang lain yang akan meraih peluang itu. Ketika kamu jatuh hati pada seseorang, mungkin orang lain juga jatuh cinta kepada yang kamu cintai. Jangan sampai kamu dicecar sesal karena lamban dan lambat. Bisa-bisa orang lain yang jadi pemenang.
Kalau itu terjadi, kamu akan gigit jari.
Itulah tiga saran Gareth Bale bagi jamaah jomlo. Saran sepele, tetapi tidak bisa disepelekan begitu saja. Kelihatannya remeh, padahal punya lapisan-lapisan makna yang dalam dan jleb. Tampaknya mudah, padahal tidak.
Kita tentu ingat bahwa Bale datang ke Madrid sebagai seorang bintang. Ia bukan cowok murahan. Harganya mahal. Sayang nasibnya sering sial karena cedera. Meski begitu, ia tidak menyerah. Selagi masih bisa berusaha, ia menolak menyerah. Ia sadar bahwa menyerah hanya cocok disematkan pada orang yang lemah.
Faktanya, Bale tidak lemah. Semalam ia menjadi pahlawan bagi Real Madrid.
Apakah kamu tidak ingin menjadi pahlawan bagi dirimu sendiri? []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H