Apakah kecermatan dan ketelitian itu tidak berpeluang menjadi beban psikologis bagi penulis? Bagi saya, tidak. Ternyata tidak juga bagi Tony. Saya justru lebih terbebani apabila karangan saya ternyata menyakiti atau melukai pembaca. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Tidak apa-apa berletih-letih asal hasilnya apik bagi semua pihak—penulis dan pembaca. Pada mulanya saya sering merasa terbebani, takut ini takut itu, sekarang tidak lagi. Yang penting menulis, itu saja! Hanya saja, saya selalu mempersiapkan data untuk tulisan saya, melihat dari sudut tertentu yang paling saya kuasai dan pahami, menuliskannya dengan sepenuh hati dan cinta, setelah itu baru disunting.
Wah, maaf, ternyata Tony mau pamit. Hujan memaksanya harus lekas-lekas pulang. Beranda sudah digenangi kenangan. O ya, sepertinya kalian juga mengenal Tony. Doi tenar banget, kok. Sekarang beliau lebih dikenal dengan Anthony Robbins atau Tony Robbins, penulis buku laris dan motivator tersohor. Kalian juga bisa menemuinya—bercakap-cakap tentang daya kata, bertanya-tanya ihwal cara hijrah dari penderitaan, atau mengulik-ulik kuasa kata melawan rasa putus asa—lewat buku anggitannya, Giant Steps. [kp]