Oh, tunggu, obrolan soal diksi ini belum kelar. Saya harap kalian sudi bertahan sejenak biar kita rampung mengulasnya. Pemilihan diksilah yang membuat kita paham kapan bunga berarti benda yang ada di taman dan bilamana bunga bermakna sesuatu yang berada di bank.
Apabila kita tergolong orang (yang) kaya kosakata, kita pasti mampu membedakan hampir dengan nyaris. Juga, sanggup menentukan kapan menggunakan kata sendawa (kalium nitrat yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan mesiu) dan serdawa (bunyi yang keluar dari kerongkongan karena masuk angin atau sesudah makan).
Boleh jadi kita anggap sepele perkara kaya kosakata ini. Tidak apa-apa, selama kita mampu menguraikan gagasan, pemikiran, atau pendapat kita dengan tepat. Hanya saja, saya agak meragukan hal seperti itu bisa terjadi. Mengapa? Sebab kecerdasan memilih kata tidak bisa seperti menunggu hujan tercurah dari langit, melainkan harus dilatih dan diasah setiap hari. Jalannya pun cuma dua, Rajin dan Malas. Kita bisa memilih jalur cepat bernama Jalan Rajin atau jalur macet dan banyak hambatan bernama Jalan Malas.
Nah, apabila kalian berhasrat melewati Jalan Rajin, saya anjurkan untuk membaca Bahasa Indonesia dan Ragam-Ragamnya, Diksi atau Pilihan Kata, Santun Bahasa, dan Kembara Bahasa. Jika kalian membaca keempat buku itu, berarti kalian sudah bertemu dengan Pak Anton—pakar bahasa yang santun dan menyenangkan. Dan, keempat buku itu adalah teman mesra untuk bertualang di semesta kata.Â
Selamat menjadi seniman: seniman penata kata! [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H