Malam itu, untuk pertama kalinya, aku menangis. Aku menangisi masa kecilku, menangisi rasa kecewaku, dan menangisi hubunganku dengan Elma. Setelah air mata itu habis, aku tahu bahwa perjalanan menuju pemulihan tidak akan mudah. Tapi setidaknya, aku sudah mengambil langkah pertama. Mengenali luka yang ada, dan menerima bahwa Elma bukanlah musuhku.
Walau akupun belum tahu, bagaimana aku harus memulai memperbaiki hubungan kami. Tapi aku yakin, dengan perlahan, aku bisa mencoba. Dan mungkin suatu hari nanti, aku bisa memandang Elma tanpa merasa marah. Mungkin aku bisa melihatnya hanya sebagai adik yang butuh kasih sayangku, bukan sebagai simbol dari luka yang pernah ada. Karena pada akhirnya, dia adalah keluargaku. Dan tak ada luka yang tak bisa sembuh dengan waktu dan keinginan untuk berubah.
Biarkan cerminku retak dan tidak akan pernah bisa tersusun sempurna kembali. Sekalipun lem terbaik didunia yang mencoba merekatkannya. Biarkan aku, diriku, hatiku dan cerminku. Sang anak Perempuan Pertama yang retak, rusak dan remuk. Biarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H