Belakangan ini beredar isu tentang Deep Learning Kurikulum. Isu itu mengatakan Deep Learning Kurikulum telah menggantikan Kurikulum Merdeka.
Tentu saja isu itu tidak benar karena penetapan kurikulum tidak tiba-tiba tapi telah mengikuti study mendalam.
Tidak Bisa
Deep Learning Kurikulum adalah salah satu upaya berbahaya untuk memasukkan istilah yang salah dimengerti atau mengertinya hanya setengah-setengah ke dalam Kurilulum sekolah di Indonesia. Lagipula belum ada regulasi tentang berlakunya Kurikulum Deep ini.
Lebih lanjut Mendikbud Abdul Muti'i pernah mengatakan bahwa Deep Learning bukan merupakan kurikulum tetapi metode belajar yang dapat diterapkan.
Arahan Mendikbud Abdul Muti'i bahwa Deep Learning dapat dijadikan metode pembelajaran juga ada kurang tepatnya juga. Sebab agak bertentangan dengan istilah aslinya adalah Deep metode. Deep metode adalah metode yang diterapkan dalam Teleskop Hubble dan Teleskop James Webb
Dalam dunia Teleskop Hubble dan Teleskop James Webb, penekanannya pada kata Deep metode untuk produksi.Â
Deep dalam bahasa Indonesia adalah kedalaman. Deep metode hanya dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan alam dan astronomi yang tingkat kedalamannya dapat ditentukan dalam angka oleh mesin sesuai hukum atau teori ilmu pengetahuan.
Abdul Raup, dkk (2022) dalam makalahnya berjudul "Deep Learning dan Penerapannya Dalam Pembelajaran" menulis bahwa ada 3 kata kunci di dalamnya, yaitu: Mindfull, Meaningfull dan Joyfull.Â
Tentu saja, Â tiga kata kunci itu tidak cocok dengan konsep pembelajaran mesin. Deep metode bukan untuk pembelajaran, tetapi dapat diterapkan untuk produksi di dalam dunia angkasa luar.Â
Di negara maju, Deep metode adalah metode yang diterapkan dalam dunia Teleskop Hubble dan Teleskop James Webb yang pernah saya jelaskan di akun Kompasiana ini. Deep metode berarti dengan melihat ke masa lalu sesuai kebenaran "Big Bang Theory".
Tidak Cocok Sebagai Kurilulum Baru
Deep Learning tidak bisa jadi kurikulum karena istilah Deep salah atau aneh untuk diterapkan sebagai kurikulum. Hal yang salah adalah hubungan Deep dengan mesin. Deep learning tidak bisa diterapkan dalam sistem pembelajaran. Dua hal itu adalah pokok dari Deep learning. Mesin menentukan tingkatan kedalaman dalam angka.
Sedangkan Deep Learning Kurikulum tidak menentukan tingkat kedalaman dalam angka oleh mesin. Oleh sebab itu penerapan Deep Learning sebagai Kurikulum baru tidak dapat dibenarkan.Â
Sebaliknya, Deep metode hanya bisa diberlakukan dalam dunia ilmu pengetahuan alam yang tingkat kedalamannya dapat ditentukan dalam angka oleh mesin yaitu dalam cara kerja Teleskop Hubble dan James Webb, biasanya untuk produksi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI