Pada hari Minggu, 22 Desember 2024, menurut waktu New York, Â para ahli astronomi mencatatnya sebagai hari terpanjang. Pada saat itu, Â 1 hari lamanya bertambah lama dari hari biasanya, yaitu menjadi 24 jam, dan 0,58 milidetik.
Satu hari lamanya adalah 24 jam. Hal ini telah dianggap sudah tepat untuk mengukur 1 kali rotasi Bumi mengelilingi Matahari.
Tetapi sebenarnya waktu 24 jam itu tidak terlalu tepat atau tidak sepenuhnya benar. Faktor penyebabnya adalah rotasi Bumi tidak konstan. Oleh gesekan pasang-surut air laut dan pengaruh pergerakan bintang di langit, dapat memperlambat atau juga dapat mempercepat rotasi Bumi.
Jadi rotasi Bumi terjadi kadang cepat, namun kadang melambat. Akhir-akhir ini rotasi Bumi lebih cepat sehingga hari-hari lebih pendek. Waktu 24 jam adalah lamanya waktu yang dibutuhkan Bumi selesai berotasi dengan Matahari untuk menyebabkan siang dan malam.
Oleh sebab pergerakan rotasi Bumi tidak konstan maka waktu 24 jam itu sering bertambah atau berkurang. Â Dua faktor penyebab utamanya adalah pertama, pengaruh gravitasi Bulan oleh peristiwa pasang-surut air laut yang memperlambat rotasi Bumi. Kedua, pengaruh pergerakan bintang di langit mempercepat rotasi Bumi.
Bumi sendiri merupakan penunjuk waktu terbaik. Tetapi tetap digunakan waktu Matahari sebagai waktu universal. Waktu Matahari diukur dengan berdasarkan kecepatan rotasi Bumi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H