Konektivitas dan literasi sudah digaungkan oleh Media dan lembaga pendidikan di Indonesia. Tetapi dalam pelaksanaannya tak semudah bicara.Â
Terdapat banyak kendala ditemukan. Konektivitas dan literasi tak bisa ditafsir secara dangkal sebagai punya banyak follower di Media sosial. Lebih dari itu, konektivitas dan literasi membutuhkan kemampuan analisis data besar atau bigdata analyser.Â
Secara alamiah, Bigdata adalah potensi revolusi di dunia masa kini di era digital ini. Bigdata adalah cara atau sistem dalam mana perusahaan digital beroperasi secara internasional.Â
Data-data berkualifikasi besar perlu diintrepretasi atau ditafsir agar tidak menjadi data chaos. Secara alami, data adalah chaos. Tetapi dengan analisis dan interpretasi, data dapat menjadi aksi nyata dan dapat mentransformasikan.
Hanya dengan mengakses data maka subjek sudah dapat mengubah atau mentranstransformasikan data-data chaos menjadi aksi nyata.
Hal ini adalah sangat penting dalam dunia bisnis digital. Sebagai pemimpin tim bisnis digital diperlukan kemampuan menganalisis data besar dan mentransformasikannya, dari data chaos menjadi aksi nyata.
Era digital masa kini adalah era "the power of bigdata analyze" atau kekuasaan melakukan interpretasi atas data-data besar.
Kemampuan ini sungguh kompleks karena melibatkan banyak hal yang belum dipikirkan sebelumnya, seperti: setting data sehingga data chaos menghilang, membuat korelasi data-data dan menentukan keunggulan data-data.
Data harus bersih dan dapat mentransformasikan. Oleh sebab itu maka dibutuhkan beberapa kemampuan dasar dalam mengelola bigdata, yaitu:
1. Kemampuan mengidentifikasi terminologi.
2. Kemampuan memprediksi.
3. Kemampuan membuat keberhasilan secara  real time.
4. Kemampuan membuat efisiensi.
5. Produktivitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H