Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Deklarasi Istiqlal 2024, Butuh Delarasi Budaya?

5 September 2024   14:38 Diperbarui: 5 September 2024   14:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus dan Imam besar Mesjid Istiglal Jakarta, Nazaruddin Umar. (sumber gambar: tangkapan layar Youtube Komsos KWI)

Mencari konsensus bukan hanya merupakan tugas tetapi kewajiban seorang pemimpin. Deklarasi adalah konsensus.  Deklarasi terpenting dan bersejarah di Indonesia saat ini adalah Deklarasi Istiqlal 2024 hari ini. Imam besar Mesjid Istiqlal Jakarta, Nazaruddin Umar adalah tuan rumah. Deklarasi ini menjadi tonggak utama masa depan bangsa di era kita saat ini.

Delarasi Istiqlal 2024 dibuat dan dibacakan oleh para pemimpin agama Indonesia di hadapan Yang Termulia Paus Fransiskus di Mesjid Istiglal Jakarta hari ini, 5 September 2024. 

Beberapa pikiran utamanya adalah bahwa ternyata agama-agama memiliki nilai-nilai yang sama. Nilai-nilai yang sama itu dapat dimajukan untuk mengalahkan kekerasan, meningkatkan budaya hormat, menegakkan martabat manusia, bela rasa, rekonsiliasi dan persaudaraan.

Foto bersama Paus Fransiskus (Sumber gambar: Youtube Komsos KWI)
Foto bersama Paus Fransiskus (Sumber gambar: Youtube Komsos KWI)

Terdapat 3 point utama dari deklarasi itu yakni: membela kemanusiaan, merawat keutuhan ciptaan dan merawat kelestarian lingkungan hidup. Deklarasi itu juga secara tidak langsung telah mempertegas komitment kita untuk memberikan bantuan kepada anak-anak terlantar, para jompo, kaum disabilitas dan kaum miskin. 

Kesejahteraan suatu negara dapat diteropong dari perlakuan pemerintah dan warganya terhadap kaum berkebutuhan khusus ini. Siapakah yang memperhatikan kaum berkebutihan khusus ini? Jawabannya adalah kita semua warga bangsa ini.

Dalam kesempatan mahapenting kehadiran Yang Termulia Paus Fransiskus, Deklarasi ini boleh dikatakan sebagai Deklarasi bersejarahyang saklar dan keramat. Terlihat para pemimpin agama dengan suara bulat memaklumkan isi deklarasi secara bergantian. Deklarasi dimaklumkan bukan di ruang publik, tetapi di ruang privat nan sakral yakni di dalam Mesjid Istiqlal.

Para pejabat penting hadir di Mesjid Istiqlal (Sumber gambar: Youtube Komsos KWI)
Para pejabat penting hadir di Mesjid Istiqlal (Sumber gambar: Youtube Komsos KWI)

Saya dapat mengikutinya dengan baik melalui siaran langsung di Youtube Komsos KWI. Bagi saya, ada harapan baru tetapi juga ada kecemasan. Cukupkah hal itu dapat menghentikan kekerasan di tanah air? Bagaimanapun, isi Deklarasi itu harus dimaknai sebagai deklarasi rohani atau spiritual, bukan politik.

Meskipun peranan kaum agamawan di Indonesia adalah pada urusan religi dan spiritual. Tetapi spirit pembentukkan bangsa Indonesia lahir dari sejarah penderitaan panjang bangsa pada masa kolonialisme memiliki makna spiritual juga.

Pembatasan gerak kerja pemimpin agama hanya dalam lingkup spritual untuk menyerukan penghentian kekerasan sepatutnya disimak baik-baik.

Di banyak agama di Indonesia, seorang pemimpin agama dilarang untuk ikut politik praktis. Dengan mengingat keterbatasan gerak para pemimpin agama maka tugas penting ini sebaiknya dipercayakan juga kepada para pemimpin sekular. Semoga di masa depan, Deklarasi serupa diharapkan muncul dari para pemimpin non agama, misalnya para budayawan dan tokoh adat setempat.

Pendidikan berperanan penting dalam konteks ini. Kekuatan pendidikan adalah kekuatan raksasa. Pendidikan adalah indikator kemajuan bangsa dalam usaha menghentikan kekerasan harus diaktifkan. 

Oleh sebab Deklarasi Istiqlal 2024 bukan hanya disosialisasikan di lembaga pendidikan, tetap kita harapkan sebagai tiang utama atau batu pijakan di mana banyak lembaga pendidikan dapat melakukan Deklarasi serupa untuk memajukan komitmen penghormatan terhadap kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun