Peringatan HUT RI ke-79di istana negara Jakarta dan di IKN memberikan nuansa etnisitas. Saat itu, presiden dan para pejabat negara mengenakan pakaian adat.Â
Di setiap daerah di Indonesia kita temukan hal yang sama, para pejabat, ASN bahkan warga menggunakan pakaian adat dalam upacara resmi.
Apa makna yang dapat dimengeri tentang realitas ini? Makna paling utama yang dapat dilihat dengan fenomena berpakaian adat dalam upacara kenegaraan ialah bahwa dari prespektif politik, nasionalisme di Indonesia berkaitan dengan etnisitas.Â
Pengaruh etnisitas terhadap politik Indonesia bersifat timbal balik. Kehidupan politik di Indonesia dipengaruhi oleh etnisitas begitu pula sebaliknya etnisitas dipengaruhi oleh politik.
Ego warga dan para pejabat negara dibentuk oleh etnisitas masing-masing pribadi. Faham etnisitas individu itu membentuk moralitas berdasarkan nilai-nilai budayanya.
Etnisitas memberi corak pada perumusan politik pendidikan, sistem kemajuan, pemikiran dan pertimbangan rasio.
Tingkat pendidikan dari para pemakai pakaian adat diperoleh dari komunikasi individu dengan budaya dan lingkungan hidup. Etnisitas identik dengan manusia beradab.
Masih tetap tak bisa dijawab adalah mengenai apakah etnisitas menentukan hidup manusia di era internet ini? Sebab di era digital ini kepenganutan nilai dan norma yang berasal dari etnisitas makin sedikt, penganutnya minoritas pejabat atau warga. Komunikasi dan dunia yang bersatu membuat peranan etnisitas berkurang.
Keanggotaan individu terhadap etnisitasnya di era digital ini mulai longgar dan bersifat sukarela, sering hanya sebuah memori.
Etnisitas di era digital ini bersifat terbuka dan keluar dari batas-batalnya. Semangat berpakaian adat oleh para pejabat negara dari prespektif politik, dalam era digital ini di Indonesia berkaitan dengan upaya individu membangun kepemimpinan.
Kepemimpinan etnisitas di Indonesia masih bersifat paternalistik. Dalam budaya paternalistik, seorang pemimpin berkuasa mutlak dan absolut.