Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Makna Pakaian Adat dan Nasionalisme di Indonesia

27 Agustus 2024   08:17 Diperbarui: 27 Agustus 2024   08:43 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Peringatan HUT RI ke-79di istana negara Jakarta dan di IKN memberikan nuansa etnisitas. Saat itu, presiden dan para pejabat negara mengenakan pakaian adat. 

Di setiap daerah di Indonesia kita temukan hal yang sama, para pejabat, ASN bahkan warga menggunakan pakaian adat dalam upacara resmi.

Apa makna yang dapat dimengeri tentang realitas ini? Makna paling utama yang dapat dilihat dengan fenomena berpakaian adat dalam upacara kenegaraan ialah bahwa dari prespektif politik, nasionalisme di Indonesia berkaitan dengan etnisitas. 

Pengaruh etnisitas terhadap politik Indonesia bersifat timbal balik. Kehidupan politik di Indonesia dipengaruhi oleh etnisitas begitu pula sebaliknya etnisitas dipengaruhi oleh politik.

Ego warga dan para pejabat negara dibentuk oleh etnisitas masing-masing pribadi. Faham etnisitas individu itu membentuk moralitas berdasarkan nilai-nilai budayanya.

Etnisitas memberi corak pada perumusan politik pendidikan, sistem kemajuan, pemikiran dan pertimbangan rasio.

Tingkat pendidikan dari para pemakai pakaian adat diperoleh dari komunikasi individu dengan budaya dan lingkungan hidup. Etnisitas identik dengan manusia beradab.

Masih tetap tak bisa dijawab adalah mengenai apakah etnisitas menentukan hidup manusia di era internet ini? Sebab di era digital ini kepenganutan nilai dan norma yang berasal dari etnisitas makin sedikt, penganutnya minoritas pejabat atau warga. Komunikasi dan dunia yang bersatu membuat peranan etnisitas berkurang.

Keanggotaan individu terhadap etnisitasnya di era digital ini mulai longgar dan bersifat sukarela, sering hanya sebuah memori.

Etnisitas di era digital ini bersifat terbuka dan keluar dari batas-batalnya. Semangat berpakaian adat oleh para pejabat negara dari prespektif politik, dalam era digital ini di Indonesia berkaitan dengan upaya individu membangun kepemimpinan.

Kepemimpinan etnisitas di Indonesia masih bersifat paternalistik. Dalam budaya paternalistik, seorang pemimpin berkuasa mutlak dan absolut.

Dalam konteks nasionalisme, etnisitas adalah kendaraan politik bagi pemimpin untuk mengumpulkan kekuasaan dan bahkan adalah upaya pemimpin menciptakan masyarakat aman demi kesejahteraan pengikutnya.

Walau apapun yang terjadi hal yang harus tetap dipegang dengan pakaian adat ialah bahwa pakaian adat mencerminkan sentimen positif atau citra positif untuk pembangunan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur serta bersatu dan demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun